Halaman

Rabu, 20 Februari 2013

Adab dan Prioritas dalam Berdakwah


Dakwah (mengajak) dan tabligh (menyampaikan) adalah tugas setiap umat islam. Namun, terkadang kita tidak sadar bahwa dakwah adalah wajib sebagaimana wajibnya perintah shalat, puasa, zakat,haji dsb. Malah ada pendapat yang mengatakan bahwa dakwah adalah tugas para ustadz dan ulama saja. Padahal sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran dan hadits, dakwah bagi umat akhir zaman adalah wajib. 
Maka, Allah berfirman: 
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia (disebabkan kalian) menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan (kalian) beriman kepada Allah.. (QS Ali Imran: 110)  
Ada pula pendapat awam yang mengatakan bahwa : ada keseganan untuk melakukan dakwah karena belum ada ilmu dan yang disampaikan pun belum teramalkan. Untuk pendapat ini saya mencoba menguraikan:
Syaikhul Hadits Maulana Zakariya rahmatullah ‘alaihi dan sebagian mufassir berpendapat bahwa kata-kata ‘(kalian) beriman kepada Allah’ disebutkan pada akhir ayat bermaksud bahwa :
keimanan seseorang akan meningkat tajam ketika kita berdakwah mengajak kepada yang makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar, tapi dengan syarat ia mengetahui adab-adab dalam berdakwah. Contoh penting adab-adab dalam berdakwah ialah : 
1. Nisbatkan (tujukan) dakwah itu untuk diri sendiri dan berdoa kepada Allah agar menjadi asbab hidayah bagi orang yang mendengarkannya. 
2. Ikhlas,semata-mata hanya mengharapkan tarbiyah dari Allah. Ihtisab,berkeyakinan teguh bahwa cukup Allah yang mengganti dengan pahala di sisi-Nya. 
3. Tawadhu (rendah hati). Jangan sekali-kali menganggap diri lebih baik daripada orang lain.
4. Sabar
 5. Istimai’at (berjemaah). Dakwah secara berjemaah adalah keutamaan yang jauh melampaui amalan apapun. Kini, dakwah secara berjemaah sudah berkembang pesat.  Intinya, bagaimana dalam jamaah harus hidup amalan sunnah dan akhlak yang karimah.
6. Istiqomahkan ‘amalan harian yang bersifat infirodhi (pribadi) dan banyak-banyak berdoa minta hidayah kepada Allah di malam hari saat tahajjud. Bahkan ada pendapat yang mengtakan bahwa kunci sukses dakwah ialah shalat malam dan doa.

7. Iftiqor
Dakwah pun tidak mutlak harus dengan ilmu. Bahkan saking pentingnya dakwah, nabi saw bersabda:
Sampaikanlah walau hanya satu ayat!
Saya kira tidak ada umat islam sekarang yang tidak hafal satu ayat pun dalam Al Quran. Ibarat seorang ibu yang menyuruh anaknya makan pagi sebelum berangkat sekolah, “makanlah dulu nak, walau satu suap!”.
Para sahabat Nabi RA, adalah contoh terbaik dalam berdakwah dan bertabligh. Para sahabat umumnya adalah orang yang miskin dan terbelakang. Tidak ada peradaban yang paling bawah kecuali peradaban bangsa arab ketika itu. Munculnya dakwah Nabi Muhammad yang diikuti para sahabat menjadikan mereka orang-orang  yang paham akan hakikat islam dan iman.
Maka, apakah kita tidak malu dengan para sahabat yang tidak pandai baca tulis itu?
Kenyataannya memang demikian. Hanya sedikit sahabat yang berharta. Hanya sebagian kecil sahabat yang bisa baca tulis. Hanya segelintir sahabat yang benar-benar menjadi ahli fiqih, ahli tafsir, dan hafidz Quran. Tapi mengapa Allah ridho dengan mereka semua dan bergelar Radhiallahu ‘anhu ajma’iin??
Jawabannya ialah mereka semua kompak dalam bertabligh saling mengajak kepada agama islam. Para sahabat tidak lagi menjadi dunia sebagai illah mereka, justru mereka sibuk dengan dakwah ilallah (dakwah mengajak kepada membesarkan Allah sunnah nabi-Nya). Maka, dengan asbab demikianlah Allah memahamkan mereka tentang agama ini.
Saat ini, kita tidak menuntut bahwa semua orang islam menjadi hafidz quran atau menjadi ahli fuqaha semua. Tapi saat ini kita rindu umat islam menjadi paham akan agama. Perhatikan! Orang yang paham agama berbeda dengan orang yang ahli agama. Orang yang paham agama adalah orang yang beriman dan beramal shalih secara istiqamah dan benar-benar butuh dengan agama ini, sedangkan orang yang ahli agama adalah orang yang hafal quran hadits plus tahu tafsirnya, serta tahu seluk beluk fiqih dsb. Bila semua umat islam saat ini paham agama, sebagaimana para sahabat, maka umat islam akan bangkit dan kembali kepada izzahnya. Insya Allah.
Prioritas Dakwah
Inti dalam dakwah ialah menyampaikan atau mentablighkan risalah islam. Namun, zaman ini terlihat suatu kesemrautan ‘materi’ dakwah yang disampaikan. Kadang dalam khutbah jumat, sang khatib malah menyampaikan ilmu fiqih mualamah, bahkan politik. Walau tidak bisa disalahkan betul, tapi situasinya sangatlah tidak cocok, karena umat yang mendengarkan tidak lagi ada iman yang cukup kuat utk beribadah, semisal shalat fardhu.
Maka, para Masyaikh mengarahkan agar dalam berdakwah, hal yang mesti dibahas terlebih dahulu adalah masalah iman, bagaiamana cara yakin yang betul kepada Allah. Setelah umat dibawa kepada majelis yang membesar-besarkan Allah (ma’rifatullah), insya Allah akan mudah mengarahkan mustami’ kepada amal shalih.
Amalan yang paling dasar adalah shalat fardhu lima kali sehari. Dalam berbagai kitab hadist shahih, Rasulullah saw bersabda : 
Amalan yang pertama kali dihisab nanti di hari kiamat adalah shalat. Jika baik shalatnya, baik semua amalan. Jika buruk shalatnya,maka buruk (pula) seluruh ‘amalannya.
Amalan yang paling dicintai adalah shalat tepat pada waktunya, berbakti kepada orang tua, dan berjihad di jalan Allah.
Shalat ialah tiang agama. Barangsiapa yang mendirikan shalat, maka ia telah menegakkan agama. Barang siapa yang meninggalkan shalat, maka ia telah meruntuhkan agama. (HR Muslim) 
Umat mestinya diarahkan kepada SHALAT: bagaimana pentingnya shalat, keutamaan (fadhilah) shalat, hukuman bila meninggalkan shalat, dan bagaiman cara shalat yang betul (rukun dan sunnahnya), bagaimana istinja’ dan wudhu yang benar. Karena shalat tidak sah bila wudhu tidak sah, sedangkan wudhunya tidak sah, jika cara bersucinya tidak sah. Hal-hal yang terkadang kita anggap sepele seperti ini sebenarnya adalah dasar-dasar bagaimana islam bangkit dari peradaban sekarang, sebagaimana yang telah dimusyarahkan bersama oleh para masyaikh dan ulama-ulama dunia. 
Kemudian, umat islam diajak kepada ilmu syar’i yang shahih yaitu bersu’bah dan belajar langsung kepada ahli ilmu seperti ustadz –yang benar-benar kompeten dan bersanad-, sehingga tidak ada kerancuan lagi di tubuh umat islam mengenai masalah fiqih dan muamalah. 
Penutup
Saat ini, umat islam dalam keadaan menyedihkan karena kecintaan terhadap dunia yang berlebihan dan takut akan kematian. Kebesaran akhirat lah yang perlu dibenamkan dalam setiap dada umat islam.
Maka dalam keadaan serba darurat seperti ini, kita mesti harus pandai-pandai bersiyasah al islamiyah, mana yang harus diutamakan dan mana yang harus dikurangi. Dan kesimpulannya: 
1. Banyak-banyaknya beristighfar kepada Allah,karena dosa-dosa yang terkadang tidak bisa dihindari di zaman ini. 
2. Banyak-banyak menghadiri majelis iman dan sunnah. Hindari majelis-majelis lalai seperti pasar, mall, stadium olahraga, apalagi klub malam. 
3. Bergaulah dengan ulama yang baik dan  berkumpullah dengan orang-orang shalih. Ciri ulama yang baik adalah akhlaknya yang karim, ilmu yang bersambung sampai kepada Nabi Saw, tawadhu, dan tidak komersial. 
4. Pertahankan amalan harian, minimal shalat fardhu. 
5. Kurangi makan dan minum. Ustadz Muhammad Masykur berpendapat seperti ini karena zaman sekarang, makan penuh dengan syubhat dan terkadang tidak baik lagi dzatnya. Makanan sangat mempengaruhi hati dalam berhubungan dengan Allah. 
6. Kurangi waktu di luar rumah atau tempat kerja, karena saat ini banyak fitnah yang meracau di luar rumah seperti fitnah aurat wanita, maksiat,dll. 
7. Banyak-banyak berdzikir untuk membersihkan dan melembutkan hati.
Hasbunallah wani’mal wakiil. Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar