Dakwah (mengajak) dan tabligh (menyampaikan) adalah tugas setiap umat islam.
Namun, terkadang kita tidak sadar bahwa dakwah adalah wajib sebagaimana wajibnya
perintah shalat, puasa, zakat,haji dsb. Malah ada pendapat yang mengatakan bahwa
dakwah adalah tugas para ustadz dan ulama saja. Padahal sebagaimana dinyatakan
dalam Al Quran dan hadits, dakwah bagi umat akhir zaman adalah
wajib.
Maka, Allah berfirman:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia (disebabkan kalian) menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan (kalian) beriman kepada Allah.. (QS Ali Imran: 110)
Ada pula pendapat awam yang mengatakan bahwa :
ada keseganan untuk melakukan dakwah karena belum ada ilmu dan yang disampaikan
pun belum teramalkan. Untuk pendapat ini saya mencoba menguraikan:
Syaikhul Hadits Maulana Zakariya rahmatullah ‘alaihi dan sebagian mufassir
berpendapat bahwa kata-kata ‘(kalian) beriman kepada Allah’ disebutkan pada
akhir ayat bermaksud bahwa :
keimanan seseorang akan meningkat tajam ketika
kita berdakwah mengajak kepada yang makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar,
tapi dengan syarat ia mengetahui adab-adab dalam berdakwah. Contoh penting
adab-adab dalam berdakwah ialah :
1. Nisbatkan (tujukan) dakwah itu untuk diri
sendiri dan berdoa kepada Allah agar menjadi asbab
hidayah bagi orang yang mendengarkannya.
2. Ikhlas,semata-mata hanya mengharapkan
tarbiyah dari Allah. Ihtisab,berkeyakinan teguh bahwa cukup Allah yang mengganti
dengan pahala di sisi-Nya.
3. Tawadhu
(rendah hati). Jangan sekali-kali menganggap diri lebih
baik daripada orang lain.
4. Sabar
5. Istimai’at
(berjemaah). Dakwah secara berjemaah adalah keutamaan
yang jauh melampaui amalan apapun. Kini, dakwah secara berjemaah sudah
berkembang pesat. Intinya, bagaimana dalam jamaah harus hidup amalan sunnah dan
akhlak yang karimah.
6. Istiqomahkan ‘amalan harian yang bersifat
infirodhi (pribadi) dan
banyak-banyak berdoa minta hidayah kepada Allah di malam hari saat tahajjud.
Bahkan ada pendapat yang mengtakan bahwa kunci sukses dakwah ialah shalat malam
dan doa.
7. Iftiqor
Dakwah pun tidak mutlak harus dengan ilmu.
Bahkan saking pentingnya dakwah, nabi saw bersabda:
Sampaikanlah walau hanya satu ayat!
Saya kira tidak ada umat islam sekarang yang
tidak hafal satu ayat pun dalam Al Quran. Ibarat seorang ibu yang menyuruh
anaknya makan pagi sebelum berangkat sekolah, “makanlah dulu nak, walau satu
suap!”.
Para sahabat Nabi RA, adalah contoh terbaik
dalam berdakwah dan bertabligh. Para sahabat umumnya adalah orang yang miskin
dan terbelakang. Tidak ada peradaban yang paling bawah kecuali peradaban bangsa
arab ketika itu. Munculnya dakwah Nabi Muhammad yang diikuti para sahabat
menjadikan mereka orang-orang yang paham akan hakikat islam dan
iman.
Maka, apakah kita tidak malu dengan para
sahabat yang tidak pandai baca tulis itu?
Kenyataannya memang demikian. Hanya sedikit
sahabat yang berharta. Hanya sebagian kecil sahabat yang bisa baca tulis. Hanya
segelintir sahabat yang benar-benar menjadi ahli fiqih, ahli tafsir, dan hafidz
Quran. Tapi mengapa Allah ridho dengan mereka semua dan bergelar Radhiallahu
‘anhu ajma’iin??
Jawabannya ialah mereka semua kompak dalam
bertabligh saling mengajak kepada agama islam. Para sahabat tidak lagi menjadi
dunia sebagai illah mereka, justru
mereka sibuk dengan dakwah ilallah (dakwah mengajak kepada membesarkan Allah
sunnah nabi-Nya). Maka, dengan asbab demikianlah Allah memahamkan mereka tentang
agama ini.
Saat ini, kita tidak menuntut bahwa semua
orang islam menjadi hafidz quran atau menjadi ahli fuqaha semua. Tapi saat ini
kita rindu umat islam menjadi paham akan agama. Perhatikan! Orang yang paham
agama berbeda dengan orang yang ahli agama. Orang yang paham agama adalah orang
yang beriman dan beramal shalih secara istiqamah dan benar-benar butuh dengan
agama ini, sedangkan orang yang ahli agama adalah orang yang hafal quran hadits
plus tahu tafsirnya, serta tahu seluk beluk fiqih dsb. Bila semua umat islam
saat ini paham agama, sebagaimana para sahabat, maka umat islam akan bangkit dan
kembali kepada izzahnya. Insya Allah.
Prioritas Dakwah
Inti dalam dakwah ialah menyampaikan atau
mentablighkan risalah islam. Namun, zaman ini terlihat suatu kesemrautan
‘materi’ dakwah yang disampaikan. Kadang dalam khutbah jumat, sang khatib malah
menyampaikan ilmu fiqih mualamah, bahkan politik. Walau tidak bisa disalahkan
betul, tapi situasinya sangatlah tidak cocok, karena umat yang mendengarkan
tidak lagi ada iman yang cukup kuat utk beribadah, semisal shalat
fardhu.
Maka, para Masyaikh mengarahkan agar dalam
berdakwah, hal yang mesti dibahas terlebih dahulu adalah masalah iman,
bagaiamana cara yakin yang betul kepada Allah. Setelah umat dibawa kepada
majelis yang membesar-besarkan Allah (ma’rifatullah), insya Allah akan mudah
mengarahkan mustami’ kepada amal shalih.
Amalan yang paling dasar adalah shalat fardhu
lima kali sehari. Dalam berbagai kitab hadist shahih, Rasulullah saw bersabda
:
Amalan yang pertama kali dihisab nanti di hari
kiamat adalah shalat. Jika baik shalatnya, baik semua amalan. Jika buruk
shalatnya,maka buruk (pula) seluruh ‘amalannya.
Amalan yang paling dicintai adalah shalat
tepat pada waktunya, berbakti kepada orang tua, dan berjihad di jalan
Allah.
Shalat ialah tiang agama. Barangsiapa yang
mendirikan shalat, maka ia telah menegakkan agama. Barang siapa yang
meninggalkan shalat, maka ia telah meruntuhkan agama. (HR Muslim)
Umat mestinya diarahkan kepada SHALAT:
bagaimana pentingnya shalat, keutamaan (fadhilah) shalat, hukuman bila
meninggalkan shalat, dan bagaiman cara shalat yang betul (rukun dan sunnahnya),
bagaimana istinja’ dan wudhu yang benar. Karena shalat tidak sah bila wudhu
tidak sah, sedangkan wudhunya tidak sah, jika cara bersucinya tidak sah. Hal-hal
yang terkadang kita anggap sepele seperti ini sebenarnya adalah dasar-dasar
bagaimana islam bangkit dari peradaban sekarang, sebagaimana yang telah
dimusyarahkan bersama oleh para masyaikh dan ulama-ulama dunia.
Kemudian, umat islam diajak kepada ilmu syar’i
yang shahih yaitu bersu’bah dan belajar langsung kepada ahli ilmu seperti ustadz
–yang benar-benar kompeten dan bersanad-, sehingga tidak ada kerancuan lagi di
tubuh umat islam mengenai masalah fiqih dan muamalah.
Penutup
Saat ini, umat islam dalam keadaan menyedihkan
karena kecintaan terhadap dunia yang berlebihan dan takut akan kematian.
Kebesaran akhirat lah yang perlu dibenamkan dalam setiap dada umat
islam.
Maka dalam keadaan serba darurat seperti ini,
kita mesti harus pandai-pandai bersiyasah al
islamiyah, mana yang harus diutamakan dan mana yang
harus dikurangi. Dan kesimpulannya:
1. Banyak-banyaknya beristighfar kepada
Allah,karena dosa-dosa yang terkadang tidak bisa dihindari di zaman
ini.
2. Banyak-banyak menghadiri majelis iman dan
sunnah. Hindari majelis-majelis lalai seperti pasar, mall, stadium olahraga,
apalagi klub malam.
3. Bergaulah dengan ulama yang baik dan
berkumpullah dengan orang-orang shalih. Ciri ulama yang baik adalah akhlaknya
yang karim, ilmu yang bersambung sampai kepada Nabi Saw, tawadhu, dan tidak
komersial.
4. Pertahankan amalan harian, minimal shalat
fardhu.
5. Kurangi makan dan minum. Ustadz Muhammad
Masykur berpendapat seperti ini karena zaman sekarang, makan penuh dengan
syubhat dan terkadang tidak baik lagi dzatnya. Makanan sangat mempengaruhi hati
dalam berhubungan dengan Allah.
6. Kurangi waktu di luar rumah atau tempat
kerja, karena saat ini banyak fitnah yang meracau di luar rumah seperti fitnah
aurat wanita, maksiat,dll.
7. Banyak-banyak berdzikir untuk membersihkan
dan melembutkan hati.
Hasbunallah wani’mal wakiil. Wallahu
a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar