Halaman

Rabu, 20 Februari 2013

Keutamaan Dakwah


Banyak ayat dan hadits yang menjelaskan tentang keutamaan dakwah dan keutamaan para du’at, sebagaimana pula dijelaskan di dalam hadits yang menceritakan tentang pengutusan delegasi oleh Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam yang mana hadits-hadits ini tidak tersamar atas ahli ilmu. 
Diantaranya adalah firman Alloh Jalla wa ’Ala : 
”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang muslim?” (QS Fushshilat : 33) 
Ayat yang mulia ini, menunjukkan sanjungan dan pujian terhadap para du’at dan menjelaskan bahwa tidak ada seorangpun yang lebih baik perkataannya dari mereka. Yang terdepan diantara mereka adalah para rasul ’alaihimush Sholatu was Salam, kemudian para pengikut mereka berdasarkan tingkatan mereka di dalam dakwah, ilmu dan keutamaan. 
Maka anda wahai hamba Alloh, cukuplah bagi anda kemuliaan bahwa anda termasuk orang yang meneladani para rasul. 
Diantara makna yang terangkai di dalam ayat yang mulia ini : 
”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang muslim?” (QS Fushshilat : 33), 
adalah makna bahwa tidak ada seorangpun yang lebih baik perkataannya dari seorang da’i, disebabkan karena ia menyeru kepada Alloh, membimbing kepada-Nya dan mengamalkan segala apa yang ia dakwahkan kepada-Nya, yaitu ia mengajak kepada kebenaran dan mengamalkannya, mengingkari kebatilan dan berhati-hati darinya serta meninggalkannya.
Beserta itu pula ia menegaskan keyakinan yang ada pada dirinya tanpa merasa segan, bahwa ia mengatakan : ”sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim”, ia bergembira dan bersuka cita dengan anugerah Alloh yang ada pada dirinya. Bukannya seperti orang yang merasa enggan dan membenci menyebut dirinya sebagai muslim, atau orang yang mengajak kepada Islam hanya karena ingin diperhatikan oleh Fulan atau disikapi baik oleh Fulan, wa Laa haula wa Laa Quwwata illa billah. 
Bahkan, seorang mukmin yang berdakwah kepada Alloh adalah orang yang kuat imannya, yang memahami perintah Alloh dan menerangkan hak Alloh, antusias di dalam dakwah ke jalan Alloh dan mengamalkan apa yang ia dakwahkan serta memperingatkan segala yang dilarang Alloh. 
Ia adalah orang yang paling bersegera (mengamalkan) apa yang ia dakwahkan dan orang yang paling jauh dari segala yang dilarang. Disamping itu, ia menegaskan bahwa dirinya adalah muslim dan ia menyeru kepada Islam, ia bergembira dan bersuka cita dengannya sebagaimana yang difirmankan Alloh Azza wa Jalla : 
”Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus : 58) 
Bergembira (Al-Farh) terhadap rahmat dan karunia Alloh dengan kegembiraan yang penuh suka cita dan kebahagiaan adalah perkara yang disyariatkan. Adapun gembira (Al-Farh) yang dilarang adalah kegembiraan karena kesombongan (bangga hati). Kegembiraan seperti ini adalah terlarang sebagaimana firman Alloh Azza wa Jalla yang mengkisahkan tentang Qorun : 
”Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS al-Qoshshosh : 76) 
Al-Farh (Berbangga hati) di sini adalah kesombongan, merasa tinggi di hadapan manusia dan mengagung-agungkan diri. Kegembiraan seperti inilah yang dilarang. 
Adapun Farh (bangga/bergembira) bersuka cita dan berbahagia dengan agama Alloh, farh dengan hidayah Alloh, merasa senang dengannya dan menegaskannya agar diketahui, maka hal ini adalah suatu yang disyariatkan, dipuji dan mulia. 
Ayat yang mulia ini termasuk ayat yang paling jelas di dalam menunjukkan keutamaan dakwah, yang menunjukkan bahwa dakwah termasuk qurobat (ibadah/pendekatan diri) yang paling urgen, ketaatan yang paling utama, dan para pelakunya berada di puncak kemuliaan dan kedudukan tertinggi. Yang terdepan diantara mereka adalah para Rasul ’alaihimush Sholatu was Salam, sedangkan Rasul yang paling sempurna di dalam berdakwah adalah imam dan penghulu para Nabi, yaitu Nabi kita Muhammad ’alaihi wa ’alaihim afdhalush Sholati was Salam.
Diantara yang menunjukkan hal ini adalah firman Alloh Jalla wa ’Ala : 
”Katakanlah: Inilah jalanku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku menyeru kepada Alloh kepada hujjah yang nyata.” (QS Yusuf : 108) 
Alloh menjelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam berdakwah di atas bashiroh (hujjah yang nyata), dan demikian pula dengan para pengikut beliau. Hal ini menunjukkan keutamaan dakwah, dan menunjukkan bahwa para pengikut Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam adalah para du’at (penyeru) yang menyeru kepada jalan-Nya di atas bashiroh. 
Al-Bashiroh adalah ilmu (pengetahuan) tentang apa yang didakwahkan dan apa yang dilarang. Hal ini menunjukkan kemuliaan dan keutamaan yang mereka miliki. Nabi yang mulia ’alaihish Sholatu was Salam bersabda di dalam sebuah hadits yang shahih : 
”Barangsiapa yang menunjukkan suatu kebaikan, maka baginya pahala yang sepadan dengan pelakunya.” (HR Muslim di dalam ash-Shahih) 
Dan sabda beliau : 
”Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk maka baginya pahala yang sepadan dengan pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa yang sepadan dengan orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR Muslim).
Hadits ini menunjukkan keutamaan dakwah kepada Alloh Azza wa Jalla. Telah shahih pula dari Nabi ’alaihish Sholatu was Salam, bahwa beliau bersabda kepada ’Ali radhiyallahu ’anhu wa ardhohu : 
”Maka demi Alloh! Sekiranya Alloh memberikan petunjuk melalui perantaraanmu kepada seorang lelaki adalah lebih baik bagimu daripada unta merah.” (Disepakati keshahihannya).
Hadits ini juga menunjukkan kepada kita akan keutamaan dakwah kepada Alloh dan yang ada di dalamnya berupa kebaikan yang sangat besar. 
Seorang da’i yang berdakwah kepada Alloh Jalla wa ’Ala, akan diberikan pahala yang sepadan dengan orang yang Alloh beri petunjuk melalui perantaraannya. Walaupun orang itu sebanyak ribuan atau jutaan, maka da’i tersebut tetap diberi pahala yang sepadan dengan pahala mereka. Maka mudah-mudahahan kebaikan yang agung ini menyenangkan anda wahai para da’i. 
Dengan ini menjadi jelaslah pula bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam juga mendapatkan pahala yang sepadan dengan para pengikut beliau. Maka ini merupakan nikmat yang agung yang diperoleh nabi kita ’alaihish Sholatu was Salam yang sepadan dengan pahala para pengikut beliau sampai hari kiamat, dikarenakan beliau telah menyampaikan risalah Alloh dan menunjuki umat kepada kebaikan, semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau. 
Demikian pula dengan para Rasul ’alaihimush Sholatu was Salam, mereka juga mendapatkan pahala yang semisal dengan para pengikut mereka. Juga demikian halnya dengan anda wahai para da’i di setiap zaman, anda akan mendapatkan pahala yang sama dengan pahala para pengikut anda dan orang-orang yang menerima dakwah anda. Maka, jagalah kebaikan ini dan bersegeralah melakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar