Halaman

Rabu, 20 Februari 2013

Mudzakarah Jama’ah Maharasta


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim...
Innalhamda lillah
Nahmaduhu wa nusholli wa nusallim ‘ala rosulihil karim. Amma ba’du.
 
Ini adalah mudzakarah maqomi yang disampaikan masyaikh dalam bayan hidayahnya kepada Jama’ah Maharasta yang akan bergerak di Indonesia. Wallahua’lam.
 
Dalam mudzakarah ini, lebih ditekankan dalam kerja 2 ½ jam. Inti dari kerja 2 ½ jam adalah pengorbanan waktu kita sehari-hari selama 10% saja, tidak sampai 50% (setengah). Ini adalah tahap awal.
 
Ada 4 hal pedoman yang harus dipegang teguh untuk kesuksesan dan keberhasilan kerja ini, yaitu :
1. Menetapkan waktu kerja;
2. Menyempurnakan waktu kerja;
3. Istiqomah dalam kerja;
4. Mengikuti arahan.
 
1. Menetapkan Waktu Kerja
                Dakwah adalah kewajiban individu setiap ummat Islam. Ibadah fardhu saja sudah ALLAH tetapkan waktu-waktunya. Sholat Fardhu 5 waktu, waktunya sudah ditetapkan Shubuh, Dzuhur, ‘Ashar, Maghrib, dan ‘Isya. Puasa wajib sudah ditetapkan waktunya pada bulan Ramadhan. Zakat fitrah, waktunya sebelum matahari 1 syawal terbit. Haji waktunya bulan Dzulhijjah. Maka untuk dakwah, kita harus benar2 menetapkan waktunya dengan benar.
                Misalnya saya, menetapkan waktu 2 ½ jam adalah pukul 04.30 WIB setiap hari. Maka setiap pukul 04.30 WIB saya harus sudah berada di Masjid. Menyelesaikan amalan infirodhi sebelum sholat shubuh. Ba’da sholat shubuh, ta’lim harian masjid. Ba’da ta’lim, dzikir pagi petang dan tilawah Al-Qur’an serta amalan infirodhi lainnya sampai Isyroq. Ba’da Isyroq, barulah memulai silaturrahmi, maksimal 2 rumah. Setiap rumah hanya 10 menit saja, sehingga ketika pukul 07.00 WIB, saya kembali ke masjid, berdo’a mohon hidayah, lalu kembali kerumah masing-masing.
                Kaghuzari salah seorang dari jama’ah Maharasta, dia dahulunya adalah karyawan bagian finishing disebuah pabrik sepeda motor. Ketika ditasykil Masyaikh untuk 4 bln, ia katakan tidak sanggup, 40 hari, belum sanggup juga, 3 hari pun adaptari. Akhirnya Masyaikh tasykil agar dia buat 2 ½ jam setiap hari dengan menetapkan waktunya dan tidak merubah-rubah waktunya tersebut. Akhirnya ia menyanggupi.
                Hari pertama, kedua, ketiga tidak ada masalah. Namun, hari-hari selanjutnya ia kena tegur atasannya, “kamu sering terlambat membuat perusahaan kita mengalami kerugian”. Namun, ia katakan bahwa ia ada kerja yang lebih penting setiap pagi sampai jam 08.00, yaitu silaturahmi. Maka atasannya katakan, “Kalau begitu silahkan pilih. Silaturrahmi atau tetap kerja dengan disiplin”. Maka ia musyawarah dengan isterinya, dan isterinya menyerahkan sepenuhnya keputusan itu padanya. Maka ia memutuskan, lebih baik saya tetap melaksanakan Silaturrahmi ini. Maka ia dikeluarkan dari perusahaannya.
                Beberapa hari ia keluar dari perusahaan tersebut, maka datanglah seorang pengusaha luar negeri kepada perusahaan tempat ia bekerja. Pengusaha itu memesan orderan yang cukup banyak, namun para karyawan perusahaan itu mengatakan bahwa tidak mungkin orderan tersebut akan selesai karena bagian finishingnya telah keluar. Maka pengusaha tersebut katakan, “kalau begitu, beritahu saya dimana alamat bagian finishing tersebut”. Setelah ia bertemu dengannya, pengusaha itu lalu mengajak kerjasama, “saya akan berikan fasilitas kepada saudara, asalkan saudara dapat menyelesaikan orderan ini dalam waktu sekian bulan. Tentang silaturrahmi, berdakwah dan sebagainya, itu terserah saudara, karena sekarang saudara sendiri yang mengatur semuanya”. Hingga smpai sekarang, ia telah membawahi begitu bnyak karyawannya, tanpa ia mengganti-ganti waktu 2 ½ jamnya. Subhanallah...!
 
2. Menyempurnakan Waktu Kerja
                Allah SWT inginkan amalan yang sempurna. Sholat shubuh sempurna 2 rakaat, dzuhur sempurna 4 rakaat, dst. Maka kerja dakwah pun kita harus berusaha sempurna. 2 ½ Jam adalah 150 menit. Nah setelah kita tetapkan waktu 2 ½ jam kita dan selama waktu tersebut, TIDAK DIBENARKAN KITA MENGURANGI WAKTU KERJA. Selama kerja 2 ½ jam, jangan sampai kita pulang kerumah, atau bertemu dengan anak isteri, karena hakikatnya adalah kita meninggalkan dunia terkhusus untuk kpentingan akhirat, sehingga sangat dilarang keras membawa Handphone ketika melaksanakan 2 ½ jam. Sesungguhnya ini adalah pengorbanan kita sehari-hari. Allah SWT hanya minta 10% waktu kita full untuk-NYA. Hanya 10%.
                Karghuzari juga seorang jama’ah Maharasta tersebut. Dahulu, ia kerja dakwah hanya sambilan. 2 ½ jam pun belum sempurna. Sehingga, ketika ditasykil membuat 2 ½ jam dengan sempurna, ia pun mulai belajar sempurna dalam 2 ½. Hari pertama, kedua, berjalan lancar Alhamdulillah. Hari ketiga, ia buat 2 ½ jam, ia merasa seperti ada yang lain. Ingin sekali ia pulang menjenguk anak isterinya. Namun ditahannya karena ALLAH. Selesai 2 ½ jam ia bergegas pulang. Ia ketuk pintu rumahnya dengan ucapan salam, maka sang isteri membuka pintu dengan wajah sembab seperti habis menangis. Tanpa ditanya ia pun bercerita “tidak lama setelah abi berangkat 2 ½ jam tadi, tiba2 anak kita tubuhnya kejang-kejang. Wajahnya membiru dan tak lama kemudian keluar cairan dari mulutnya seperti berbusa. Saya terkejut, takut, cemas, khawatir, bingung. Saya tidak tau harus berbuat apa. Ingin saya berlari memanggil abi, namun saya ingat bahwa abi akan 2 ½ jam yang abi katakan bahwa selama 2 ½ jam, apapun yang terjadi dirumah, jangan pernah hubungi saya. Karena itu adalah waktu khusus untuk ALLAH. Hubungilah ALLAH. Saya pun menangis, tidak tau harus berbuat apa. Namun, segera saya berwudhu. Langsung sholat hajat 2 rakaat. Saya sholat sambil menangis memohon bantuan ALLAH swt. Saya mohon pertolongan ALLAH swt. Saya bersujud lama sambil menangis memohon belas kasih untuk anak kita. Selesai sholat, saya lihat anak kita semakin terlihat parah. Semakin saya panik namun tetap berusaha menangis pada-NYA, memohon belas kasih-NYA untuk anak kita. Saya terus bersujud dan berdo’a sambil berlinangan air mata, Ya ALLAH tolonglah anak saya, tolonglah anak saya ya ALLAH, karena suami saya sedang menolong agamaMU. Lama saya terus bersujud, menangis sambil berdo’a sampai saya dikejutkan oleh ketukan pintu darimu. Saya terkejut, saya lihat anak kita sudah tidak ada dipembaringannya. Saya semakin kalut, wahai abi. Namun lihatlah sekarang, anak kita sudah berlari-lari ceria seolah tidak pernah terjadi apa-apa padanya. Allah telah menolongnya dengan kuasa-NYA. ALLAHUAKBAR..!!
 
3. Istiqomah Dalam Kerja
                Adalah hal terpenting untuk selalu melaksanakan kerja ini dengan berketerusan, tanpa mengenal lelah, dengan keyakinan, apabila kita tolong agama ALLAH, maka ALLAH pasti akan menolong kita. Kalau sudah ALLAH swt yang menolong kita, masalah apapun pasti akan diselesaikan-NYA.
 
4. Mengikuti Arahan
                Setiap ibadah ada aturan dan tertibnya (Ushul-ushulnya). Dakwah adalah ibadah yang sempurna, maka harus mengikuti tertib dan adab-adabnya, diantaranya :
a. Pembicaraan dalam silaturrahmi, 4 perkara yang wajib disampaikan :
                1. Sampaikan pentingnya Iman, pentingnya Laailahaillallah Muhammadarrasulullah;
                2. Sampaikan pentingnya sholat berjama’ah dimasjid;
                3. Sampaikan pentingnya ilmu dengan membentuk majelis ilmu (terutama fadhail);
                4. Sampaikan pentingnya dzikir, tilawat Qur’an, do’a sehari-hari.
       Lalu sampaikan, bahwa untuk mendapatkan ini semua, perlu belajar. InsyaALLAH, nanti akan ada pertemuan seluruh ummat Islam di ......... (kawasan kita). Dari masjid kita akan berangkat satu rombongan belajar mendapatkan 4 perkara tersebut selama 4 bulan. Bapak ikut tidak? Ia mungkin akan katakan, “wah, nanti dulu mas, saya masih sibuk”. Tasykil kembali, “Kalau tidak, yang lebih ringan pak, 40 hari saja pak. Sebentar saja. Ia mungkin katakan, insyaALLAH niat. Tasyki lagi, “begini pak, nanti minggu ketiga (atau minggu keberapa nishab mahala kita) akan kita bentuk rombongan untuk belajar mendapatkan 4 perkara tadi pak, hanya selama 3 hari saja pak. Gimana pak, masih ada waktu 10 hari lagi? Siap ga pak? InsyaALLAH..... Maka dengan sering-seringnya kita berbicara tasykil begini, yang terlebih dahulu diberangkatkan ALLAH swt adalah kita yang sering-sering mendakwahkan perkara tersebut.
b. Senjata kecil yang dibawa ketika 2 ½ jam :
                1. Siwak
                2. Buku notes
                3. Pena (mencatat nama yang dikunjungi)
                4. Tasbih
     Senjata besar yang perlu kita persiapkan untuk membawa jamaah keluar (3 hari) :
                1. Buku ta’lim 3 set (Fadhilah ‘Amal, Fadhilah Sedekah, Muntakhob ahadits, Hayatush-shahabah)
                2. Alat khidmat
c. Perkara yang tidak dibenarkan ketika 2 ½ jam :
                1. Membawa Handphone;
                2. Tidur;
                3. Berbicara perkara dunia;
                4. (yang keempat Allah lupakan.... Astaghfirullah.. kalau ada yang mohon di tambah).
 
Nah, inilah amalan 2 ½ jam setiap hari. Apabila masjid kita sudah 5 amal, maka kita bantu buat kerja seperti ini dengan masjid tetangga kita. Caranya, buat jaulah 2 di masjid tetangga kita, dengan kerja silaturrahmi seperti di atas (Jaulah Khususi).
1. Tetapkan waktu jaulah 2 jam berapa, misalnya ba’da Maghrib;
2. Setengah jam sebelum maghrib, maka kita dengan rombongan dari masjid kita harus sudah sampai di masjid tetangga untuk meng-usuli (memberitahu) teman-teman di masjid tetangga kita tersebut, terutama yang karkun. Sampaikan bahwa ba’da maghrib ada jaulah.
3. Ba’da maghrib, kumpulkan karqun tempatan, beri fadhilah silaturrahmi dan sampaikan apa saja pembicaraan dalam silaturrahmi tersebut.
4. Bentuk pasangan. Misalnya yang hadir ada 4 orang, maka bentuk saja 2 jama’ah (masing-masing 2 orang), dengan teknis, 1 orang  lama dengan 1 orang baru.
5. Sampaikan pada orang baru tersebut, bahwa ketika silaturrahmi ini, dalam satu jama’ah/rombongan kita akan mendatangi 2 rumah. Rumah pertama orang lama yang berbicara, dan rumah kedua orang baru yang berbicara. Sehingga orang baru tersebut harus menyimak pembicaraan orang lama dalam rumah pertama tersebut.
 
Hal ini dibuat seterusnya, hingga terbentuklah rombongan 3 hari dari masjid tempat kita jaulah tersebut. Hingga bila masjid tempat kita jaulah 2 tersebut sudah mandiri, maka dapat kita lepas dan kita mencari masjid baru untuk menghidupkan usaha 2 ½ jam.
 
Demikian saja yang dapat saya ingat. Karena berhubung saya tidak duduk langsung bermudzakarah dengan jama’ah Maharasta tersebut, dan lagipula saya di maqomi belum buat hal tersebut seluruhnya. Namun, saya selalu berniat untuk membuat 2 ½ jam ini dengan sempurna. Karena ini adalah usaha dan kerja SAYA.
 
Subhanallahu wa bihamdihi
Subhanakallahumma wa bihamdika
Asyhaduanlaailahailla anta
Astaghfiruka wa atubu ilaika.
 
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar