Halaman

Rabu, 20 Februari 2013

Mengapa Kita harus berpartisipasi dalam pergerakan ini


Yang perlu kita sadari adalah bahwa hampir lebih dari 80 % kandungan Al Qur’an itu isinya mengenai perjuangan para Nabi AS dalam berdakwah, kisah-kisah ummat yang menolak dakwah para Nabi AS. Tidak ada  diterangkan di dalam Al Qur’an ini mengenai jumlah ibadah Nabi-Nabi, berapa banyak sholatnya ? berapa banyak dzikirnya ? berapa banyak puasanya ? tetapi justru yang diceritakan adalah kebanyakan daripada pengorbanan para Nabi. Ini karena Allah ingin kita belajar dari pada pengorbanan para Nabi-nabi ini. Napak tilas pengorbanan merekalah yang telah mendapatkan ridho Allah ini yang patut kita ikuti. Bahkan jantung daripada Al Qur’an itu sendiri yaitu surat yassin, isinya menjelaskan kisah seorang pemuda yang mengajak kaumnya untuk mengikuti daripada ajakan, dakwah, nabi-nabi yang telah datang kepada mereka. Sekarang caranya bagaimana kita mengikuti Napak Tilas mereka yang telah di ridhoi Allah ini.
Allah berfirman :
“ Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Dan mereka kekal  di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” ( 9 : 100 )
Dan dalam ayat ini Allah telah menggambarkan orang-orang yang telah Allah Ridhoi :
  1. Orang islam yang terdahulu dan yang pertama masuk islam ( Awallun Muslimin )
  2. Orang-orang Muhajjir dan Anshor
  3. Orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik
Jadi yang perlu kita lakukan sekarang adalah dengan meniru-niru pergerakan mereka yaitu menjadi orang-orang yang Muhajjrih ( hijrah membawa agama ) dan jika tidak pergi di jalan Allah kita bisa menjadi Anshor ( orang-orang yang menerima Muhajjirin ). Dengan pergi di jalan Allah ini meniru-niru daripada pergerakan dan perjuangan merka yang telah di ridhoi Allah ini, mudah-mudahan Allah juga golongkan kita termasuk daripada “Orang-orang yang mengikuti mereka ( Nabi dan Sahabat, Muhajjir dan Anshor ) dengan baik.” Untuk perkara inilah penting kita ikut mengambil bagian dari pada usaha nubuwah ini.
Allah berfirman :
“Walladzina’amanu wahajaru wajahadu fissabillillahi walladzina awawwa nasharu ulaika humul mukinuna haqqan lahummaghfirotuw warizqun kariim.” ( 8 : 74 )
Artinya : Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah ( Muhajjir ) serta berjuang pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman ( Anshor ) dan memberi pertolongan (kerja sama antara Muhajjir dan Anshor / orang tempatan), mereka itulah orang-orang yang beriman  dengan Haq ( yang benar-benar beriman ). Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia.
Jadi orang-orang yang beriman ini, mereka tidak ada keraguan dalam menjalankan perintah Allah dan mereka buktikan dengan berkorban di jalan Allah. Allah telah bahwa orang yang mau berjuang di jalan Allah lah yang Imannya adalah Haq, Iman yang sebenarnya. Kita tidak bisa mengklaim diri kita beriman jika kita belum bisa membuktikan diri kita kepada Allah, bahwa kita mau berkorban di jalannya sebagaimana nabi SAW dan para Sahabat RA dahulu yang telah membuktikan keimanan mereka dengan pengorbanan yang nyata di jalan Allah.
Allah berfirman :
“Apakah Kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” ( 3:142)
Rasullulah SAW bersabda mahfum :
“Permisalan seorang yang melakukan Jihad di jalan Allah adalah seperti orang yang berpuasa di siang hari, menghabiskan masanya membaca qur’an dalam sholat, bersedekah secara terus menerus sampai si Mujahid itu kembali. Itupun orang yang pergi di jalan Allah masih melebihi daripada itu.”
Allah Swt  berfirman :
“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim (At-Taubah-19)”
Ayat ini turun asbab ketika Rasullah Saw hijrah, parah orang kafir Quraish mencibir bahwa Nabi SAW sudah meninggalkan amalan yang besar ke tempat yang tidak ada sama sekali keutamaan yaitu Madinah. Mereka berpendapat bahwa tinggal di Mekkah itu lebih mulia dan melayani orang ibadah haji tentu nilainya lebih tinggi dibanding hijrah ke Madinah untuk berdakwah. Maka Allah bantahlah cibiran kafir Quraish ini bahwa tidak sama nilainya, lebih tinggi orang-orang yang pergi di jalan Allah. Padahal sholat di masjidil haram ini nilaninya 100.000 kali lebih tinggi di banding mesjid-mesjid di luar tanah haram, belum lagi nilainya bertambah ketika bulan Ramadhan, namun semuanya itu ditinggalkan oleh Nabi Saw dan para Sahabat RA demi takaza dakwah. Apalagi kalau dibandingkan hanya meninggalkan kantor, meninggalkan pesantren, wong keutamaan masjidil haram di bulan ramadhan dan berkhidmat untuk jemaah Haji aja di tinggalkan demi Takaza Dakwah.
Jangan sampai yang namanya Dunia menghalangi kita dari Kerja Dakwah ini dan dari berjuang di jalan Allah. Apa itu yang namanya dunia ? segala sesuatu selain Allah yang dapat menjauhkan kita dari perintah Allah adalah dunia.

Allah berfirman :
“Katakanlah : Jika Bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaanmu yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiaannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan rasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak akan memberi petunujuk kepada orang-orang yang fasik.” (9 : 24)
Inilah definisi dunia menurut sebagian ulama, dan bagaimana dengan teknologi, ekonomi, kekuasaan, dan kekuatan  militer ? Itu hanyalah keperluan manusia saja bahkan hanya seperti hiasan dunia saja. Jadi jangan sampai kita salah faham, bukan berarti kita tidak perlu teknologi, ekonomi, kekuasaan, dan kekuatan militer, hanya saja itu bukan sebagai maksud kita, tetapi hanya sebagai keperluan saja.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya kami telah jadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.” (18 : 7)
Dari riwayat Tirmidzi, Allah berfirman dalam Hadits Qudsi :
“Wahai anak Adam jadikan seluruh hidupmu untuk beribadah kepadaKu, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan penuhi kebutuhanmu. Dan apabila engkau tidak mengerjakannya, niscaya Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan memenuhi kebutuhanmu.”
Rasullullah SAW bersabda mahfum :
“Apabila engkau membaktikan dirimu hanya untuk kepentingan perniagaan, dan menyebar lembu-lembumu untuk pertanian, dan engkau puas dengannya, dan meninggalkan Jihad, maka Allah akan melimpahkan kehinaan ke atasmu. Kehinaan ini tidak akan diangkat sehingga engkau kembali kepada agamamu ( dan berjihad di jalannya )”. ( HR Abu Dawud )
Orang-orang yang sibuknya hanya memperbaiki memperbaiki keperluan saja dan melupakan maksud, maka pasti dan pasti kehidupannya akan dipenuhi masalah. Kalau memperbaiki keperluan ini dijadikan maksud maka yang terjadi adalah masalah akan bermunculan. Seperti seorang turis yang naik kapal pesiar lalu dia transit di suatu pulau. Kalau si turis ini ketika dia turun kepulau tersebut lalu membangun rumah membeli mobil dan semua peralatan hidup maka hidupnya akan menjadi masalah ketika dia harus meninggalkan pulau untuk pergi ke kota yang dia tuju. Ini karena transit di pulau itu bukan maksud hanya keperluan, dan itu semua harus kita tinggalkan untuk menuju tempat tujuan terakhir yaitu akheratnya Allah. Jadi harta, teknologi, ekonomi, semua ini hanya keperluan saja bahkan menjadi ujian buat kita, karena semua itu hanya perhiasan dunia yang suatu saat harus kita tinggalkan menuju kampung akherat. Namun bukan berarti kita melupakan keperluan kita di dunia ini, karena walau bagaimanapun yang namanya keperluan ini adalah sarana untuk dapat mencapai maksud.
Ibarat / Kiasan :
Kapal adalah alat atau kendaraan menuju kampung akherat. Namun yang terpenting dari kapal ini yang perlu di jaga agar jangan sampai terjadi adalah bagaimana agar kapal ini jangan sampai bolong sehingga air dapat masuk kedalam kapal. Sehingga menyebabkan kapal bisa tenggelam. Air ini adalah dunia, tanpa air kapal tidak bisa jalan, namun jika air masuk kedalam kapal, maka kapal bisa karam. Jadi penting kita usahakan bagaimana hati kita ini tidak bolong kemasukan air dunia. Jika dunia sudah masuk kedalam hati maka hati kita akan tenggelam sebagaimana tenggelammnya kapal yang kemasukan air. Jadi dunia ini hanya keperluan saja agar kapal kita bisa sampai pada tujuannya yaitu akherat. Orang yang hatinya sudah kemasukan dunia ini akan terjangkit penyakit wahan. Apa itu penyakit Wahan yaitu penyakit cinta dunia (Hubbud Dunia) dan Takut Mati. Lalu bagaimana mengatasi penyakit ini, ulama buat ijtihad yaitu dengan meninggalkan dunia yang kita cintai ini sementara saja dengan pergi di jalan Allah. Pergi di jalan Allah meninggalkan dunia yang kita cintai ini hanya latihan saja sebelum maut menjemput dan kita harus meninggalkan dunia selamannya. Inilah cara kita mempersiapkan diri.
Allah berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan satu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih ? yaitu kamu beriman kepada Allah dan RasulNya, lalu kamu berjuang di jalan Allah dengan harta dan diri kamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu andaikan jika kamu mengetahuinya. Allah akan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah akan  memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan tempat tinggal yang baik di dalam surga. Itulah Keuntungan ( kemenangan dan kejayaan ) yang besar.”( 61 : 10 – 12 )
Disini Allah menawarkan kepada orang beriman suatu perdagangan dengan Allah, berbisnis dengan Allah, yang dapat menyelamatkan kita dari pada siksa Allah yang pedih. Padahal Allah tidak memerlukan kita. Jadi tawaran ini hanya sebagai kasih sayang Allah kepada kita agar mau beramal. Tawaran perniagaan yang seperti apa yang Allah tawarkan :
  1. Beriman kepada Allah dan RasulNya
  2. Berjuang di jalanNya dengan harta dan diri kita
Maka keuntungannya dari perniagaan ini hingga Allah katakan sebagai keuntungan, kemenangan, kejayaan yang besar andaikan saja kita mengetahuinya. Apa keuntungan itu :

  1. Ampunan dosa-dosa kita
  2. Dimasukkan kedalam Surga
Jadi derajat mereka yang mau berkorban di jalan Allah ini sangat tinggi sekali di sisi Allah, sehingga Allah menawarkan Jihad Fissabillillah ini  sebagai  suatu perniagaan yang dapat memberikan keuntungan bagi kita. Bahkan Allah mengancam bagi mereka yang tidak mau berkorban di jalan Allah atau mau berhenti atau istirahat daripada jalan Allah ini :
Allah berfirman :
“ Dan belanjakanlah hartamu di jalan Allah, dan janganlah kamu melemparkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. “ ( 2 : 195 )
Asbabun Nuzul daripada ayat ini adalah ketika seorang sahabat hendak cuti atau istirahat, atau tidak mau ikut pergi di jalan Allah karena sedang mempunyai urusan. Sehingga turunlah ayat ini untuk mereka yang ada terlintas untuk istirahat atau berhenti dari berjuang di jalan Allah.
Di dalam Al Qur’an Allah berfirman :
“ Sesungguhnya Kalian adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang Ma’ruf (dakwah), dan mecegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah…”
(3 :111)
Disini Allah bilang kita sebagai Choiru Ummat atau Umat terbaik tentu ada sebabnya. Ini dikarenakan kita diamanahkan untuk memikul suatu kerja yang tidak diamanah kepada umat sebelumnya yaitu kerja kenabian atau kerja dakwah. Menyeru manusia kepada yang Ma’ruf dan mencegah yang mungkar atau dakwah ini adalah identitas umat Nabi SAW sebagai pelanjut risalat kenabian. Jika kita tidak melakukan tugas ini maka ini seperti polisi yang berpakaian polisi tetapi tidak mau mengerjakan tugasnya, hanya mau duduk-duduk saja diwarung, pasti dia akan dimarahi atasannya. Baju Polisi yang melambangkan identitas seorang polisi ini seperti kerja dakwah yang merupakan identitas umat ini. Jika kita tidak melakukan tugas yang menjadi identitas kita sebagai umat Nabi SAW maka kita akan dimurkai Allah Ta’ala.
Dalam Mahfum Hadits, Dari Aisyah R.ha berkata mendengar Nabi SAW bersabda :
“ Hai Manusia, Allah SWt berfirman kepada kalian : “Serulah (dakwahlah) kepada manusia untuk berbuat kebaikan dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar”, sebelum datang kepada kalian (akibatnya) dimana kalian berdo’a kepadaKu tetapi Aku tidak akan menerima do’a kalian, kalian meminta kepadaKu tetapi Aku tidak akan memenuhi permintaan kalian, kalian memohon pertolongan kepadaKu tetapi Aku tidak akan menolong kalian.” (At Targhib)

Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda mahfumnya :
“Apabila umatku sudah mengagungkan dunia (maksudnya : mendahulukan dunia dibanding perintah Allah), maka tercabutlah dari mereka dari kehebatan islam. Apabila umatku meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar (Dakwah), maka diharamkan bagi mereka keberkahan wahyu (Kefahaman Agama). Dan apabila umatku sudah saling caci mencaci (hujat menghujat) satu sama lain, maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah Ta’ala.” (HR Hakim dan Tirmidzi)
Dari Abu Said Al Khudri, Nabi SAW bersabda :
“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran maka hendaklah cegah dengan tangannya. Jika tidak mampu cegahlah dengan lidahnya. Jika tidak mampu hendaklah dia merasa benci dalam hatinya dan ini adalah selemah-lemahnya Iman.” (HR Muslim)
Oleh karena itu penting ada diantara kita yang siap melakukan inisiatif untuk mengajak manusia kearah perbaikan seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Walaupun itu hanya segolongan orang yang memulainya demi tegaknya agama dan perbaikan atas ummat.
Allah berfirman :
“Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan ummat (jemaah) yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang Ma’ruf, dan mencegah kemungkaran, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (3:104)
Disini bahkan Allah bilang bagi orang yang mau menyeru manusia kepada kebaikan ini sebagai orang-orang yang beruntung. Dan hanya orang-orang yang mencintai Allah, Rasul, dan Agamanya Allah saja yang mampu berfikir ke arah tersebut dan mau membuat usaha perbaikan atas Ummat. Tanda-tanda kecintaan seseorang kepada Allah yaitu terlihat dari keinginan dia mengikuti orang yang paling Allah cintai agar dia bisa mendapatkan cinta dari Allah kepadanya.
Allah berfirman :
“Katakanlah (hai Muhammad SAW) : Jika kamu mencintai Allah , ikutilah Aku, niscaya Allah akan mengasihimu, dan mengampuni dosa-dosamu..” (3:31)
Inilah yang Allah minta kepada orang yang mengaku cinta kepada Allah yaitu dengan mengikuti jalan orang yang paling dicintaiNya yaitu Nabi SAW. Hanya dengan cara Nabi SAW kita akan mendapatkan cinta Allah SWT, ini karena Allah telah mewariskan kepada Nabi Sunnanul Huda atau Jalan-jalan Hidayah (Petunjuk). Jika kita berjalan diluar Sunnanul Huda niscaya tersesatlah kita. Sekarang bagaimana cara mengikuti Nabi SAW ? Apa itu jalan Nabi SAW ?
Allah berfirman :
“Katakanlah (hai Muhammad SAW) : ini adalah jalanku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (manusia) kepada Allah dengan Hujjah yang nyata…” (12:108)
Allah telah perintahkan kepada Nabi SAW untuk menjelaskan jalan hidupnya kepada manusia agar mereka mengikutinya. Apa itu jalan hidup Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya yaitu mengajak orang untuk taat kepada Allah dan semua Perintah-perintahNya. Inilah yang namanya Dakwah yaitu mengajak orang kepada Allah saja dan untuk taat kepada perintah-perintahNya. Inilah maksud dikirimkan rombongan-rombongan dakwah ke seluruh pelosok dunia. Jadi jalan dakwah ini adalah jalan hidup kenabian dan salah satu sunnah Nabi SAW. Hanya dengan mengikuti jalan yang orang kita cintai baru cinta kita ini dapat dibenarkan. Bagaimana kita bisa mengaku cinta sementara kita tidak mau mengikuti orang yang kita cintai.
Dalam Hadits Mahfum Nabi SAW bersabda :
“Barang siapa yang mengamalkan sunnahku berarti dia mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku maka dia akan di surga bersamaku.” (Al Hadits)
“Semua orang dari ummatku akan masuk surga kecuali yang menolak.” Para sahabat bertanya, “Siapakah yang menolak ya Rasullullah SAW ?” Nabi SAW menjawab, “Mereka yang menolak Sunnahku.” (Al Hadits)
Sedangkan Dakwah ini adalah Sunnah Nabi SAW yang nyata, bahkan kita ini disunnahkan dalam suatu riwayat nabi SAW :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar