Yang perlu kita sadari adalah bahwa hampir
lebih dari 80 % kandungan Al Qur’an itu isinya mengenai perjuangan para Nabi AS
dalam berdakwah, kisah-kisah ummat yang menolak dakwah para Nabi AS. Tidak ada
diterangkan di dalam Al Qur’an ini mengenai jumlah ibadah Nabi-Nabi, berapa
banyak sholatnya ? berapa banyak dzikirnya ? berapa banyak puasanya ? tetapi
justru yang diceritakan adalah kebanyakan daripada pengorbanan para Nabi. Ini
karena Allah ingin kita belajar dari pada pengorbanan para Nabi-nabi ini. Napak
tilas pengorbanan merekalah yang telah mendapatkan ridho Allah ini yang patut
kita ikuti. Bahkan jantung daripada Al Qur’an itu sendiri yaitu surat yassin,
isinya menjelaskan kisah seorang pemuda yang mengajak kaumnya untuk mengikuti
daripada ajakan, dakwah, nabi-nabi yang telah datang kepada mereka. Sekarang
caranya bagaimana kita mengikuti Napak Tilas mereka yang telah di ridhoi Allah
ini.
Allah berfirman :
“ Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan
bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Dan mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” ( 9 : 100 )
Dan dalam ayat ini Allah telah menggambarkan
orang-orang yang telah Allah Ridhoi :
- Orang islam yang terdahulu dan yang pertama masuk islam ( Awallun Muslimin )
- Orang-orang Muhajjir dan Anshor
- Orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik
Jadi yang perlu kita lakukan sekarang adalah
dengan meniru-niru pergerakan mereka yaitu menjadi orang-orang yang Muhajjrih (
hijrah membawa agama ) dan jika tidak pergi di jalan Allah kita bisa menjadi
Anshor ( orang-orang yang menerima Muhajjirin ). Dengan pergi di jalan Allah ini
meniru-niru daripada pergerakan dan perjuangan merka yang telah di ridhoi Allah
ini, mudah-mudahan Allah juga golongkan kita termasuk daripada “Orang-orang yang
mengikuti mereka ( Nabi dan Sahabat, Muhajjir dan Anshor ) dengan baik.” Untuk
perkara inilah penting kita ikut mengambil bagian dari pada usaha nubuwah
ini.
Allah berfirman :
“Walladzina’amanu wahajaru wajahadu
fissabillillahi walladzina awawwa nasharu ulaika humul mukinuna haqqan
lahummaghfirotuw warizqun kariim.” ( 8 : 74 )
Artinya : Dan orang-orang yang beriman dan
berhijrah ( Muhajjir ) serta berjuang pada jalan Allah, dan orang-orang yang
memberi tempat kediaman ( Anshor ) dan memberi pertolongan (kerja sama antara
Muhajjir dan Anshor / orang tempatan), mereka itulah orang-orang yang beriman
dengan Haq ( yang benar-benar beriman ). Mereka memperoleh ampunan dan rezeki
yang mulia.
Jadi orang-orang yang beriman ini, mereka
tidak ada keraguan dalam menjalankan perintah Allah dan mereka buktikan dengan
berkorban di jalan Allah. Allah telah bahwa orang yang mau berjuang di jalan
Allah lah yang Imannya adalah Haq, Iman yang sebenarnya. Kita tidak bisa
mengklaim diri kita beriman jika kita belum bisa membuktikan diri kita kepada
Allah, bahwa kita mau berkorban di jalannya sebagaimana nabi SAW dan para
Sahabat RA dahulu yang telah membuktikan keimanan mereka dengan pengorbanan yang
nyata di jalan Allah.
Allah berfirman :
“Apakah Kamu mengira bahwa kamu akan masuk
Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan
belum nyata orang-orang yang sabar.” ( 3:142)
Rasullulah SAW bersabda mahfum :
“Permisalan seorang yang melakukan Jihad di
jalan Allah adalah seperti orang yang berpuasa di siang hari, menghabiskan
masanya membaca qur’an dalam sholat, bersedekah secara terus menerus sampai si
Mujahid itu kembali. Itupun orang yang pergi di jalan Allah masih melebihi
daripada itu.”
Allah Swt berfirman :
“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman
orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan
Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
kaum yang zalim (At-Taubah-19)”
Ayat ini turun asbab ketika Rasullah Saw
hijrah, parah orang kafir Quraish mencibir bahwa Nabi SAW sudah meninggalkan
amalan yang besar ke tempat yang tidak ada sama sekali keutamaan yaitu Madinah.
Mereka berpendapat bahwa tinggal di Mekkah itu lebih mulia dan melayani orang
ibadah haji tentu nilainya lebih tinggi dibanding hijrah ke Madinah untuk
berdakwah. Maka Allah bantahlah cibiran kafir Quraish ini bahwa tidak sama
nilainya, lebih tinggi orang-orang yang pergi di jalan Allah. Padahal sholat di
masjidil haram ini nilaninya 100.000 kali lebih tinggi di banding mesjid-mesjid
di luar tanah haram, belum lagi nilainya bertambah ketika bulan Ramadhan, namun
semuanya itu ditinggalkan oleh Nabi Saw dan para Sahabat RA demi takaza dakwah.
Apalagi kalau dibandingkan hanya meninggalkan kantor, meninggalkan pesantren,
wong keutamaan masjidil haram di bulan ramadhan dan berkhidmat untuk jemaah Haji
aja di tinggalkan demi Takaza Dakwah.
Jangan sampai yang namanya Dunia menghalangi
kita dari Kerja Dakwah ini dan dari berjuang di jalan Allah. Apa itu yang
namanya dunia ? segala sesuatu selain Allah yang dapat menjauhkan kita dari
perintah Allah adalah dunia.
Allah berfirman :
“Katakanlah : Jika Bapak-bapakmu, anak-anakmu,
saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaanmu yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiaannya, rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan rasulNya
dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusanNya. Dan Allah tidak akan memberi petunujuk kepada orang-orang yang
fasik.” (9 : 24)
Inilah definisi dunia menurut sebagian ulama,
dan bagaimana dengan teknologi, ekonomi, kekuasaan, dan kekuatan militer ? Itu
hanyalah keperluan manusia saja bahkan hanya seperti hiasan dunia saja. Jadi
jangan sampai kita salah faham, bukan berarti kita tidak perlu teknologi,
ekonomi, kekuasaan, dan kekuatan militer, hanya saja itu bukan sebagai maksud
kita, tetapi hanya sebagai keperluan saja.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya kami telah jadikan apa yang ada
di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah diantara
mereka yang terbaik perbuatannya.” (18 : 7)
Dari riwayat Tirmidzi, Allah berfirman dalam
Hadits Qudsi :
“Wahai anak Adam jadikan seluruh hidupmu untuk
beribadah kepadaKu, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan
penuhi kebutuhanmu. Dan apabila engkau tidak mengerjakannya, niscaya Aku penuhi
kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan memenuhi
kebutuhanmu.”
Rasullullah SAW bersabda mahfum :
“Apabila engkau membaktikan dirimu hanya untuk
kepentingan perniagaan, dan menyebar lembu-lembumu untuk pertanian, dan engkau
puas dengannya, dan meninggalkan Jihad, maka Allah akan melimpahkan kehinaan ke
atasmu. Kehinaan ini tidak akan diangkat sehingga engkau kembali kepada agamamu
( dan berjihad di jalannya )”. ( HR Abu Dawud )
Orang-orang yang sibuknya hanya memperbaiki
memperbaiki keperluan saja dan melupakan maksud, maka pasti dan pasti
kehidupannya akan dipenuhi masalah. Kalau memperbaiki keperluan ini dijadikan
maksud maka yang terjadi adalah masalah akan bermunculan. Seperti seorang turis
yang naik kapal pesiar lalu dia transit di suatu pulau. Kalau si turis ini
ketika dia turun kepulau tersebut lalu membangun rumah membeli mobil dan semua
peralatan hidup maka hidupnya akan menjadi masalah ketika dia harus meninggalkan
pulau untuk pergi ke kota yang dia tuju. Ini karena transit di pulau itu bukan
maksud hanya keperluan, dan itu semua harus kita tinggalkan untuk menuju tempat
tujuan terakhir yaitu akheratnya Allah. Jadi harta, teknologi, ekonomi, semua
ini hanya keperluan saja bahkan menjadi ujian buat kita, karena semua itu hanya
perhiasan dunia yang suatu saat harus kita tinggalkan menuju kampung akherat.
Namun bukan berarti kita melupakan keperluan kita di dunia ini, karena walau
bagaimanapun yang namanya keperluan ini adalah sarana untuk dapat mencapai
maksud.
Ibarat / Kiasan :
Kapal adalah alat atau kendaraan menuju
kampung akherat. Namun yang terpenting dari kapal ini yang perlu di jaga agar
jangan sampai terjadi adalah bagaimana agar kapal ini jangan sampai bolong
sehingga air dapat masuk kedalam kapal. Sehingga menyebabkan kapal bisa
tenggelam. Air ini adalah dunia, tanpa air kapal tidak bisa jalan, namun jika
air masuk kedalam kapal, maka kapal bisa karam. Jadi penting kita usahakan
bagaimana hati kita ini tidak bolong kemasukan air dunia. Jika dunia sudah masuk
kedalam hati maka hati kita akan tenggelam sebagaimana tenggelammnya kapal yang
kemasukan air. Jadi dunia ini hanya keperluan saja agar kapal kita bisa sampai
pada tujuannya yaitu akherat. Orang yang hatinya sudah kemasukan dunia ini akan
terjangkit penyakit wahan. Apa itu penyakit Wahan yaitu penyakit cinta dunia
(Hubbud Dunia) dan Takut Mati. Lalu bagaimana mengatasi penyakit ini, ulama buat
ijtihad yaitu dengan meninggalkan dunia yang kita cintai ini sementara saja
dengan pergi di jalan Allah. Pergi di jalan Allah meninggalkan dunia yang kita
cintai ini hanya latihan saja sebelum maut menjemput dan kita harus meninggalkan
dunia selamannya. Inilah cara kita mempersiapkan diri.
Allah berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu
aku tunjukkan satu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang
pedih ? yaitu kamu beriman kepada Allah dan RasulNya, lalu kamu berjuang di
jalan Allah dengan harta dan diri kamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu
andaikan jika kamu mengetahuinya. Allah akan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah
akan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan
tempat tinggal yang baik di dalam surga. Itulah Keuntungan ( kemenangan dan
kejayaan ) yang besar.”( 61 : 10 – 12 )
Disini Allah menawarkan kepada orang beriman
suatu perdagangan dengan Allah, berbisnis dengan Allah, yang dapat menyelamatkan
kita dari pada siksa Allah yang pedih. Padahal Allah tidak memerlukan kita. Jadi
tawaran ini hanya sebagai kasih sayang Allah kepada kita agar mau beramal.
Tawaran perniagaan yang seperti apa yang Allah tawarkan :
- Beriman kepada Allah dan RasulNya
- Berjuang di jalanNya dengan harta dan diri kita
Maka keuntungannya dari perniagaan ini hingga
Allah katakan sebagai keuntungan, kemenangan, kejayaan yang besar andaikan saja
kita mengetahuinya. Apa keuntungan itu :
- Ampunan dosa-dosa kita
- Dimasukkan kedalam Surga
Jadi derajat mereka yang mau berkorban di
jalan Allah ini sangat tinggi sekali di sisi Allah, sehingga Allah menawarkan
Jihad Fissabillillah ini sebagai suatu perniagaan yang dapat memberikan
keuntungan bagi kita. Bahkan Allah mengancam bagi mereka yang tidak mau
berkorban di jalan Allah atau mau berhenti atau istirahat daripada jalan Allah
ini :
Allah berfirman :
“ Dan belanjakanlah hartamu di jalan Allah,
dan janganlah kamu melemparkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. “ ( 2
: 195 )
Asbabun Nuzul daripada ayat ini adalah ketika
seorang sahabat hendak cuti atau istirahat, atau tidak mau ikut pergi di jalan
Allah karena sedang mempunyai urusan. Sehingga turunlah ayat ini untuk mereka
yang ada terlintas untuk istirahat atau berhenti dari berjuang di jalan
Allah.
Di dalam Al Qur’an Allah berfirman
:
“ Sesungguhnya Kalian adalah ummat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang Ma’ruf (dakwah), dan
mecegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah…”
(3 :111)
Disini Allah bilang kita sebagai Choiru Ummat
atau Umat terbaik tentu ada sebabnya. Ini dikarenakan kita diamanahkan untuk
memikul suatu kerja yang tidak diamanah kepada umat sebelumnya yaitu kerja
kenabian atau kerja dakwah. Menyeru manusia kepada yang Ma’ruf dan mencegah yang
mungkar atau dakwah ini adalah identitas umat Nabi SAW sebagai pelanjut risalat
kenabian. Jika kita tidak melakukan tugas ini maka ini seperti polisi yang
berpakaian polisi tetapi tidak mau mengerjakan tugasnya, hanya mau duduk-duduk
saja diwarung, pasti dia akan dimarahi atasannya. Baju Polisi yang melambangkan
identitas seorang polisi ini seperti kerja dakwah yang merupakan identitas umat
ini. Jika kita tidak melakukan tugas yang menjadi identitas kita sebagai umat
Nabi SAW maka kita akan dimurkai Allah Ta’ala.
Dalam Mahfum Hadits, Dari Aisyah R.ha berkata
mendengar Nabi SAW bersabda :
“ Hai Manusia, Allah SWt berfirman kepada
kalian : “Serulah (dakwahlah) kepada manusia untuk berbuat kebaikan dan cegahlah
mereka dari perbuatan mungkar”, sebelum datang kepada kalian (akibatnya) dimana
kalian berdo’a kepadaKu tetapi Aku tidak akan menerima do’a kalian, kalian
meminta kepadaKu tetapi Aku tidak akan memenuhi permintaan kalian, kalian
memohon pertolongan kepadaKu tetapi Aku tidak akan menolong kalian.” (At
Targhib)
Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda mahfumnya
:
“Apabila umatku sudah mengagungkan dunia
(maksudnya : mendahulukan dunia dibanding perintah Allah), maka tercabutlah dari
mereka dari kehebatan islam. Apabila umatku meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi
Mungkar (Dakwah), maka diharamkan bagi mereka keberkahan wahyu (Kefahaman
Agama). Dan apabila umatku sudah saling caci mencaci (hujat menghujat) satu sama
lain, maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah Ta’ala.” (HR Hakim dan
Tirmidzi)
Dari Abu Said Al Khudri, Nabi SAW bersabda
:
“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran maka
hendaklah cegah dengan tangannya. Jika tidak mampu cegahlah dengan lidahnya.
Jika tidak mampu hendaklah dia merasa benci dalam hatinya dan ini adalah
selemah-lemahnya Iman.” (HR Muslim)
Oleh karena itu penting ada diantara kita yang
siap melakukan inisiatif untuk mengajak manusia kearah perbaikan seperti yang
telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Walaupun itu hanya segolongan orang yang
memulainya demi tegaknya agama dan perbaikan atas ummat.
Allah berfirman :
“Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan
ummat (jemaah) yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang Ma’ruf, dan
mencegah kemungkaran, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”
(3:104)
Disini bahkan Allah bilang bagi orang yang mau
menyeru manusia kepada kebaikan ini sebagai orang-orang yang beruntung. Dan
hanya orang-orang yang mencintai Allah, Rasul, dan Agamanya Allah saja yang
mampu berfikir ke arah tersebut dan mau membuat usaha perbaikan atas Ummat.
Tanda-tanda kecintaan seseorang kepada Allah yaitu terlihat dari keinginan dia
mengikuti orang yang paling Allah cintai agar dia bisa mendapatkan cinta dari
Allah kepadanya.
Allah berfirman :
“Katakanlah (hai Muhammad SAW) : Jika kamu
mencintai Allah , ikutilah Aku, niscaya Allah akan mengasihimu, dan mengampuni
dosa-dosamu..” (3:31)
Inilah yang Allah minta kepada orang yang
mengaku cinta kepada Allah yaitu dengan mengikuti jalan orang yang paling
dicintaiNya yaitu Nabi SAW. Hanya dengan cara Nabi SAW kita akan mendapatkan
cinta Allah SWT, ini karena Allah telah mewariskan kepada Nabi Sunnanul Huda
atau Jalan-jalan Hidayah (Petunjuk). Jika kita berjalan diluar Sunnanul Huda
niscaya tersesatlah kita. Sekarang bagaimana cara mengikuti Nabi SAW ? Apa itu
jalan Nabi SAW ?
Allah berfirman :
“Katakanlah (hai Muhammad SAW) : ini adalah
jalanku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (manusia) kepada Allah
dengan Hujjah yang nyata…” (12:108)
Allah telah perintahkan kepada Nabi SAW untuk
menjelaskan jalan hidupnya kepada manusia agar mereka mengikutinya. Apa itu
jalan hidup Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya yaitu mengajak orang untuk taat
kepada Allah dan semua Perintah-perintahNya. Inilah yang namanya Dakwah yaitu
mengajak orang kepada Allah saja dan untuk taat kepada perintah-perintahNya.
Inilah maksud dikirimkan rombongan-rombongan dakwah ke seluruh pelosok dunia.
Jadi jalan dakwah ini adalah jalan hidup kenabian dan salah satu sunnah Nabi
SAW. Hanya dengan mengikuti jalan yang orang kita cintai baru cinta kita ini
dapat dibenarkan. Bagaimana kita bisa mengaku cinta sementara kita tidak mau
mengikuti orang yang kita cintai.
Dalam Hadits Mahfum Nabi SAW bersabda
:
“Barang siapa yang mengamalkan sunnahku
berarti dia mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku maka dia akan di
surga bersamaku.” (Al Hadits)
“Semua orang dari ummatku akan masuk surga
kecuali yang menolak.” Para sahabat bertanya, “Siapakah yang menolak ya
Rasullullah SAW ?” Nabi SAW menjawab, “Mereka yang menolak Sunnahku.” (Al
Hadits)
Sedangkan Dakwah ini adalah Sunnah Nabi SAW
yang nyata, bahkan kita ini disunnahkan dalam suatu riwayat nabi SAW
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar