Hari ini kecenderungan orang yang terlibat
dalam politik sangat sarat dari pelanggaran nilai-nilai agama :
1. Politik hari ini sarat dengan hujat
menghujat saudaranya seiman dan seislam
2. Politik hari ini tujuannya mengajak orang
kepada perbaikan kebendaan
3. Politik hari ini membawa ummat kepada
perpecahan
4. Politik hari ini mengajak manusia kepada
figur dan partai bukan kepada Allah
5. Politik hari ini berlawanan dengan kerja
amar ma’ruf nahi mungkar
Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda
mahfumnya :
“Apabila umatku sudah mengagungkan dunia
(maksudnya : mendahulukan dunia dibanding perintah Allah), maka tercabutlah dari
mereka dari kehebatan islam. Apabila umatku meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi
Mungkar (Dakwah), maka diharamkan bagi mereka keberkahan wahyu (Kefahaman
Agama). Dan apabila umatku sudah saling caci mencaci (hujat menghujat) satu sama
lain, maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah Ta’ala.”(HR Hakim dan
Tirmidzi)
Bila kita jadikan hadits ini sebagai acuan,
maka sulit bagi kerja dakwah ini untuk melibatkan diri dalam Politik. Bahkan
sudah banyak ditemukan di daerah-daerah asbab perang politik, mesjid mesjid
menjadi korbannya. Mesjid jadi sepi dari jemaah karena mesjid telah dijadikan
ajang tempat permusuhan.
Jadi dalam kerja dakwah ini kita ajak orang
kepada Allah bukan kepada figur, kepada organisasi, kepada partai, kepada harta
benda, tetapi hanya kepada Allah. Sehingga asbab usaha ini orang yang tadinya
terpecah karena perang politik dapat bersatu karena memperjuangkan agama
Allah.
Jadi jangan kita mengajak orang kepada selain
Allah, ini karena segala sesuatu selain Allah ini adalah dunia atau mahluk
termasuk itu figur, partai, kepentingan golongan, dan lain-lain. Hari ini orang
saling ajak mengajak kepada golongannya, ini malah akan memecah belah islam.
Seperti partai-partai, firqoh-firqoh atau aliran-aliran yang ada, mereka
mengajak orang kepada golongannya masing-masing.
Apa yang mereka lakukan adalah membenarkan
firqoh mereka dan menyalahkan yang lain sehingga terpecah belah semuanya. Jika
ummat sudah terpecah belah maka pertolongan Allah tidak akan turun, dan jika
umat sudah saling menghujat maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah. Pada
hakekatnya, yang benar itu hanya Rasullullah SAW dan sahabatnya saja, itulah
yang seharusnya jadi acuan kita, bukan alirannya. Kalau ditanya siapa yang
paling benar, jawab saja yang paling benar itu adalah Nabi SAW dan sahabat RA,
cukup itu saja. Kita ikuti saja Nabi SAW dan para Sahabat RA, yaitu mereka yang
sudah jelas-jelas ada jaminannya dari Allah. Bukan aliran kita, atau aliran
saya, atau guru saya, atau pendapat saya yang bener, tetapi yang benar itu hanya
Nabi SAW dan para sahabatnya.
Jadi bagaimana semua aliran yang ada
sama-sama bahu membahu bersatu bersama memikul tanggung jawab dakwah ini. Jangan
sampai perbedaan yang ada malah membuahkan perpecahan antar umat dan
terhalangnya umat dari tanggung jawab meneruskan risalat kenabian. Tetapi
seharusnya kita jadikan perbedaan ini sebagai rahmat dan wacana keilmuan untuk
dipelajari.
Kisah Ulama :
Pernah dalam suatu riwayat tentang 2 pimpinan
Islam terbesar di Indonesia yaitu Buya Hamka dari Muhammadiyah dan KH. Idham
Khalid dari Nahdlatul Ulama pergi Haji bersama. Ketika sholat subuh hari pertama
maka KH Idham Khalid memimpin sholat subuh berjamaah sebagai Imam. Ketika itu KH
Idham Khalid menyadari dibelakangnya ada Buya Hamka dari Muhammadiyah yang
menganut faham sholat subuh tanpa Qunut. Walaupun KH Idham Khalid adalah dari NU
yang menganut Qunut ketika subuh, tetapi ketika itu malah melakukan sholat subuh
tanpa Qunut seperti Muhammadiyah.
Hari esoknya, ketika Buya Hamka menjadi Imam
Subuh, beliau menyadari dibelakangnya ada KH Idham Khalid dari NU yang memakai
Qunut ketika subuh, maka ketika itu beliau memilih melakukan Subuh tidak seperti
biasanya, bukan ala muhammadiyah tetapi ala NU yaitu dengan menggunakan
Qunut.
Inilah toleransi dan akhlaq yang baik yang
dicontohkan oleh 2 ulama besar dalam menghadapi perbedaan. Bukannya kita malah
saling menyalahkan atau saling menghujat dengan keyakinan, “saya yang paling
benar”. Kebenaran itu pada hakekatnya hanya Allah yang tau, dan siapa yang
paling benar yaitu Nabi SAW dan para sahabatnya RA.
Selama dia mengakui Allah dan Rasulnya maka
mereka saudara kita. Jangan kita pernah merasa menjadi yang paling baik dan
paling benar karena ini sifatnya setan. Posisikan diri kita sebagai orang yang
ingin menambah ilmunya, dengan demikian kita akan siap menerima perbedaan.
Inilah maksud dari hadits Nabi SAW bahwa perbedaan diantara umatku ini adalah
Rahmat. Sedangkan yang bukan rahmat dan mendatangkan Laknat adalah jika
perbedaan menjadi perpecahan dan permusuhan.
Namun usaha dakwah ini bukannya mengharamkan
kerja politik, hanya saja orang tua kita tidak menginginkan kerja ini
dipolitisir untuk kepentingan golongan. Yang seharusnya kerja ini menjadi
pemersatu ummat asbab dunia politik menjadi pemecah belah ummat.
Asbab kerja ini sudah banyak orang dari
berbagai macam firqoh yang ada tetapi mereka bisa bersatu dan saling bahu
membahu dalam kerja ini tanpa harus mengedepankan kepentingan
masing-masing.
Ini karena dalam usaha ini yang ada
kepentingan Agama dan Ummat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar