Halaman

Rabu, 20 Februari 2013

Mengapa Politik tidak di anjurkan dalam kerja dakwah ini ?


Hari ini kecenderungan orang yang terlibat dalam politik sangat sarat dari pelanggaran nilai-nilai agama : 
1. Politik hari ini sarat  dengan hujat menghujat saudaranya seiman dan seislam
2. Politik hari ini tujuannya mengajak orang kepada perbaikan kebendaan
3. Politik hari ini membawa ummat kepada perpecahan
4. Politik hari ini mengajak manusia kepada figur dan partai bukan kepada Allah
5. Politik hari ini berlawanan dengan kerja amar ma’ruf nahi mungkar 
Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda mahfumnya : 
“Apabila umatku sudah mengagungkan dunia (maksudnya : mendahulukan dunia dibanding perintah Allah), maka tercabutlah dari mereka dari kehebatan islam. Apabila umatku meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar (Dakwah), maka diharamkan bagi mereka keberkahan wahyu (Kefahaman Agama). Dan apabila umatku sudah saling caci mencaci (hujat menghujat) satu sama lain, maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah Ta’ala.”(HR Hakim dan Tirmidzi) 
Bila kita jadikan hadits ini sebagai acuan, maka sulit bagi kerja dakwah ini untuk melibatkan diri dalam Politik. Bahkan sudah banyak ditemukan di daerah-daerah asbab perang politik, mesjid mesjid menjadi korbannya. Mesjid jadi sepi dari jemaah karena mesjid telah dijadikan ajang tempat permusuhan. 
Jadi dalam kerja dakwah ini kita ajak orang kepada Allah bukan kepada figur, kepada organisasi, kepada partai, kepada harta benda, tetapi hanya kepada Allah. Sehingga asbab usaha ini orang yang tadinya terpecah karena perang politik dapat bersatu karena memperjuangkan agama Allah. 
Jadi jangan kita mengajak orang kepada selain Allah, ini karena segala sesuatu selain Allah ini adalah dunia atau mahluk termasuk itu figur, partai, kepentingan golongan, dan lain-lain. Hari ini orang saling ajak mengajak kepada golongannya, ini malah akan memecah belah islam. Seperti partai-partai, firqoh-firqoh atau aliran-aliran yang ada, mereka mengajak orang kepada golongannya masing-masing. 
Apa yang mereka lakukan adalah membenarkan firqoh mereka dan menyalahkan yang lain sehingga terpecah belah semuanya. Jika ummat sudah terpecah belah maka pertolongan Allah tidak akan turun, dan jika umat sudah saling menghujat maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah. Pada hakekatnya, yang benar itu hanya Rasullullah SAW dan sahabatnya saja, itulah yang seharusnya jadi acuan kita, bukan alirannya. Kalau ditanya siapa yang paling benar, jawab saja yang paling benar itu adalah Nabi SAW dan sahabat RA, cukup itu saja. Kita ikuti saja Nabi SAW dan para Sahabat RA, yaitu mereka yang sudah jelas-jelas ada jaminannya dari Allah. Bukan aliran kita, atau aliran saya, atau guru saya, atau pendapat saya yang bener, tetapi yang benar itu hanya Nabi SAW dan para sahabatnya. 
Jadi bagaimana semua aliran yang ada sama-sama bahu membahu bersatu bersama memikul tanggung jawab dakwah ini. Jangan sampai perbedaan yang ada malah membuahkan perpecahan antar umat dan terhalangnya umat dari tanggung jawab meneruskan risalat kenabian. Tetapi seharusnya kita jadikan perbedaan ini sebagai rahmat dan wacana keilmuan untuk dipelajari. 
Kisah Ulama : 
Pernah dalam suatu riwayat tentang 2 pimpinan Islam terbesar di Indonesia yaitu Buya Hamka dari Muhammadiyah dan KH. Idham Khalid dari Nahdlatul Ulama pergi Haji bersama. Ketika sholat subuh hari pertama maka KH Idham Khalid memimpin sholat subuh berjamaah sebagai Imam. Ketika itu KH Idham Khalid menyadari dibelakangnya ada Buya Hamka dari Muhammadiyah yang menganut faham sholat subuh tanpa Qunut. Walaupun KH Idham Khalid adalah dari NU yang menganut Qunut ketika subuh, tetapi ketika itu malah melakukan sholat subuh tanpa Qunut seperti Muhammadiyah. 
Hari esoknya, ketika Buya Hamka menjadi Imam Subuh, beliau menyadari dibelakangnya ada KH Idham Khalid dari NU yang memakai Qunut ketika subuh, maka ketika itu beliau memilih melakukan Subuh tidak seperti biasanya, bukan ala muhammadiyah tetapi ala NU yaitu dengan menggunakan Qunut. 
Inilah toleransi dan akhlaq yang baik yang dicontohkan oleh 2 ulama besar dalam menghadapi perbedaan. Bukannya kita malah saling menyalahkan atau saling menghujat dengan keyakinan, “saya yang paling benar”. Kebenaran itu pada hakekatnya hanya Allah yang tau, dan siapa yang paling benar yaitu Nabi SAW dan para sahabatnya RA. 
Selama dia mengakui Allah dan Rasulnya maka mereka saudara kita. Jangan kita pernah merasa menjadi yang paling baik dan paling benar karena ini sifatnya setan. Posisikan diri kita sebagai orang yang ingin menambah ilmunya, dengan demikian kita akan siap menerima perbedaan. Inilah maksud dari hadits Nabi SAW bahwa perbedaan diantara umatku ini adalah Rahmat. Sedangkan yang bukan rahmat dan mendatangkan Laknat adalah jika perbedaan menjadi perpecahan dan permusuhan. 
Namun usaha dakwah ini bukannya mengharamkan kerja politik, hanya saja orang tua kita tidak menginginkan kerja ini dipolitisir untuk kepentingan golongan. Yang seharusnya kerja ini menjadi pemersatu ummat asbab dunia politik menjadi pemecah belah ummat. 
Asbab kerja ini sudah banyak orang dari berbagai macam firqoh yang ada tetapi mereka bisa bersatu dan saling bahu membahu dalam kerja ini tanpa harus mengedepankan kepentingan masing-masing. 
Ini karena dalam usaha ini yang ada kepentingan Agama dan Ummat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar