Halaman

Rabu, 20 Februari 2013

6 Sifat Hubungannya dengan Agama


6 Sifat Hubungannya dengan Agama :

1. Laailaahaillallah Muhamadurrosulullah = Pondasi agama
2. Sholat = Tiang Agama
3. Ilmu ma’a Dzikir = Ruh agama
4. Ikromul Muslimin = Buahnya agama
5. Taskhikhun Niat = Asbab diterimanya agama
6. Dakwah dan Tabligh = Asbab tersebarnya agama

6 Sifat Hubungannya dengan Hamba :

1. Laailaahaillallah Muhamadurrosulullah = Ikrarnya seorang Hamba
2. Sholat = Taatnya seorang hamba
3. Ilmu ma’a Dzikir = Tata cara hidup seorang Hamba
4. Ikromul Muslimin = Akhlaq seorang Hamba
5. Taskhikhun Niat = Hakekat seorang hamba
6. Dakwah dan Tabligh = Belajarnya seorang hamba

6 Sifat Hubungannya Penyakit Umat :

1. Laailaahaillallah = obat kesyirikan umat, Muhamadurrosulullah = obat ke_bid’ahan umat
2. Sholat = Obat Kemungkaran dan kemaksiatan umat
3. Ilmu ma’a Dzikir = Obat kejahilan dan kelalaian umat
4. Ikromul Muslimin = Obat perpecahan umat
5. Taskhikhun Niat = Obat penyakit hati umat (ujub, riya’ sombong, iri, dengki dsb)
6. Dakwah dan Tabligh = Obat kesalah pahaman umat yang merasa harta dan diri adalah miliknya,.. yang sebenarnya semua adalah milik Allah.

13 Sifat Dai


1. Mahabbah kepada semua makhluk
 2. Rela berkorban untuk agama baik waktu, diri, dan harta 
3. Niat ishlah diri 
4. Mencari Ridho Allah
 5. Istighfar setelah beramal 
6. Tabah dalam menghadapi segala ujian 
7. Menisbatkan diri hanya kepada Allah 
8. Tidak putus asa terhadap segala kegagalan 
9. Sabar seperti onta 
10. Tawadhu seperti bumi 
11. Tegak kokoh seperti gunung 
12. Berpandangan luas seperti langit 
13. Bergerak memberi manfaat seperti matahari

Usaha Nubuwah


Usaha Nubuwah ini adalah suatu usaha atas hati-hati manusia untuk dapat kenal kepada Allah dan mau taat kepada seluruh perintah Allah. Usaha nubuwah ini adalah Kerja Dakwah dan Tabligh yang dilakukan oleh para Anbiya AS dan Rasullullah SAW. Dalam gerakan ini usaha nubuwah ini merupakan sarana tarbiyat atau pendidikan ummat untuk mencapai kesempurnaan agama dalam diri mereka dan dalam diri manusia di seluruh alam sehingga mereka siap untuk melanjutkan risalat kenabian. Hasil yang dicari dari sarana tarbiyat ini adalah Tazkiyatun Nafs (Perbaikan Nafsu atau Sifat) dan Tazkiyatun Iman (Perbaikan Iman). Melalui sarana tarbiyat ini manusia akan terdidik untuk mendapatkan sifat-sifat kenabian dan sifat-sifat para sahabat Nabi SAW.
Mengapa kita memerlukan latihan ini ? Hewan bila di tarbiyah (dilatih / dididik) maka akan memberikan banyak manfaat kepada manusia, tetapi bila dibiarkan saja maka akan menjadi liar hingga mendatangkan banyak masalah dan kerugian bagi manusia. Seperti kerbau akan bermanfaat jika didik dalam menggarap sawah, jika kerbau tidak di didik maka kerbau ini akan menjadi liar yang merusak sawah petani. Begitu juga dengan kuda yang menjadi kendaraan, gajah yang buat angkutan, anjing yang untuk melacak, dan kera yang buat memetik buah, semuanya perlu pelatihan atau tarbiyah untuk bisa mendatangkan manfaat. Namun jika kuda, gajah, anjing dan kera tersebut tidak di latih, maka mereka dapat menjadi binatang perusak. Begitu juga dengan manusia apabila ditarbiyah atau dididik melalui napak tilas kehidupan dan perjuangan Nabi SAW dan Sahabatnya maka akan terbentuk pada diri mereka sifat-sifat kenabian dan qualitas para sahabat RA. Qualitas tersebut seperti keyakinan yang benar, akhlaq yang baik, ketaqwaan yang tinggi, dan kasih sayang terhadap ummat. Tetapi bila dibiarkan begitu saja tanpa latihan yang benar maka yang lahir adalah sifat-sifat yang liar seperti binatang perusak tadi. Sehingga mereka bisa menjadi manusia yang hina bahkan lebih hina dari binatang. Walaupun dia suka membaca buku agama yang banyak, jika tidak ada latihan / didikan yang benar tetap saja manusia ini mempunyai kecenderungan menjadi liar. Ini dikarenakan Sifat dan Keimanan ini akan datang melalui mujahaddah.
Mujahaddah itu adalah segala bentuk kesusahan, kesulitan, pengorbanan, yang dilewati demi agama bukan melalui bacaan. Seperti seorang petinju jika dia ingin menjadi petinju namun dia tidak melatih diri, hanya dengan membaca buku cara bertinju saja, maka ketika ada pertandingan ternyata hasilnya berbeda dari yang diharapkan. Di buku mungkin dia bisa tahu definisi hook dan cara bertinju lainnya namun karena tidak ada latihan, ternyata sekali pukul sudah jatuh, langsung KO. Jadi untuk bisa jadi seorang petinju ini perlu ada latihan dan mujahaddah dalam berlatih agar bisa menjadi kebiaasaan. Sehingga nanti ketika datang pertandingan tinju dia sudah siap dan sudah terbiasa dengan keadaan yang akan dihadapinya. Begitu juga sholat, jika kita tidak ada latihan, mujahaddah membiasakan diri, pergi ke mesjid untuk sholat berjamaah tepat pada waktunya, walaupun kita banyak baca buku agama, kita akan terasa berat untuk ke mesjid. Seperti waktu subuh jika kita tidak ada latihan atau kurang latihan sholat subuh berjamaah di mesjid maka ketika adzan datang kita lansung KO, tidak bisa bangun dari tidur untuk pergi sholat. Ini karena kita belum terbiasa untuk datang ke mesjid untuk sholat berjamaah. Untuk menjadikan sholat ke mesjid menjadi kebiasaan kita, maka ini diperlukan latihan agar terbiasa. Jika kita sudah biasa melatih diri, bermujahaddah membiasakan diri sholat lima waktu ke mesjid maka Insya Allah, ke mesjid untuk sholat berjamaah pada waktunya bukan hal yang sulit seperti sebelumnya. Inilah pentingnya latihan dan mujahaddah dalam agama. Melalui Mujahaddah ini akan lahir pengalaman Iman yang akan membentuk sifat seseorang menjadi seperti sifat nabi-nabi AS dan para sahabat RA. Inilah yang diajarkan Nabi SAW kepada sahabat, bukan membaca buku tetapi melalui latihan, pengamalan, dan pengorbanan.

Konsep Usaha Nubuwah
Methode yang di ambil dalam sistem nubuwah ini adalah dengan mengunakan konsep pemanfaatan waktu untuk mengamalkan agama. Jadi yang ditekankan dalam kegiatan ini adalah pemanfaatan waktu. Hari ini banyak orang yang bilang bahwa dunia dan akherat harus seimbang. Jika benar berarti 50% dari 24 jam harus kita gunakan untuk agama yaitu 12 jam dan 50% lagi untuk dunia yaitu 12 jam. Jika tidur kita sudah 8 jam berarti waktu dunia kita cuman 4 jam. Hari ini siapa yang mampu melakukannya. Jika kita tidur 8 jam sehari berarti itu adalah 1/3 hidup kita sudah terpakai hanya untuk tidur. Jika kita berumur 60 tahun berarti 20 tahun dari umur kita sudah kita pakai hanya untuk tidur. Sekarang bagaimana kita mensiasati sisanya yang 40 tahun untuk mempersiapkan bekal di akherat tanpa harus melupakan dunia.

Mahfum Hadits, Nabi SAW bersabda :
“wahai sahabat-sahabatku jika Allah beri 10 perintah kepada kalian, lalu kalian melanggar 1 perintahnya, maka ini sudah bisa menjadi asbab kalian masuk ke dalam Neraka Allah. Namun nanti ada umatku sesudah kalian, Allah beri mereka 10 perintah namun 1 perintah saja mereka laksanakan sudah dapat menjadi asbab mereka masuk ke dalam SurgaNya Allah Ta’ala.”
(Al Hadits)
Sahabat dari 10 perintah Allah, satu saja mereka langgar maka sudah dapat menjadi asbab mereka masuk kedalam neraka. Namun, umat sesudah sahabat di akhir zaman ini kata Nabi SAW dalam mahfum hadits ini, satu perintah saja yang mereka laksanakan dari 10 perintah yang Allah kasih, sudah dapat menjadi asbab mereka masuk kedalam SurgaNya Allah Ta’ala. Atas dasar ini, yang di dapat dari hadits tersebut adalah 1 perintah dari 10 perintah berarti 1/10 nya. Bilangan ini digunakan sebagai tertib waktu untuk mempermudah kita mengamalkan agama secara sempurna melalui tahapan-tahapan. Tertib ini merupakan hasil dari Ijtihad para Ulama, sebagai cara atau methode untuk mempermudah manusia dalam beramal dan menjalankan usaha nubuwah atau usaha atas Iman. Atas perkara inilah Ulama membuat tertib atau tahapan untuk mempermudah manusia mewujudkan kesempurnaan agama dalam diri mereka dan diri umat seluruh alam.
Syekh Ibnu Atha’illah Rah.A berkata :
“Jika Allah cinta pada seorang hambanya maka Allah akan sibukkan dia setiap waktu dalam amal-amal Agama. Seluruh waktunya sibuk dengan perkara yang Allah cintai yaitu amal-amal Agama.”
Tahapan itu adalah dengan mensedekahkan waktu kita untuk agama :
  1. Minimal memberikan 1/10 waktunya untuk agama dengan patokan umur ± 60 – 70  :     2.5 jam tiap hari, 3 hari tiap bulan, 40 hari tiap tahun, minimal 4 bulan seumur hidup.         ( Tertib Minimum = Tertib Sedekah : 1/10 penghasilan kita = 1/10 waktu kita ) : Ijtihad Ulama
  2. Memberikan 1/ 3 hidupnya untuk agama : 8 jam tiap hari, 10 hari tiap bulan, 4 bulan tiap tahunnya. ( Tertib Umar Al Faroukh RA. ) :  Umar RA pernah menanyakan pada istri-istri prajurit islam batas kesiapan mereka untuk ditinggal pergi oleh suaminya ketika fissabillillah yaitu 4 bulan. Sehingga Shift prajurit yang berperang diputar setiap 4 bulan.
  3. Memberikan seluruh waktunya untuk Agama : Tidak ada Nishab lagi yang ada hanya kesiapan mengambil takaza kapan saja diperlukan. ( Tertib Abu Bakar R.A ) : Dalam suatu riwayat ketika datang takaza menyumbangkan harta untuk Fissabillillah, saat itu, Utsman RA memberikan 1/3 hartanya untuk agama, Umar menyumbangkan 1/2 untuk agama, sedangkan Abu Bakar RA menyumbangkan seluruh harta dan waktunya untuk agama. Inilah menurut sebagian ulama level keimanan yang paling tinggi setelah kenabian yaitu tahapan shidiqqien.
Hari ini kehidupan kita sudah jauh daripada kehidupan yang dicontohkan oleh para sahabat RA, bukan dari keduniaannya, tetapi dari segi amal-amal agama yang mereka kerjakan. Ini disebabkan karena kehidupan kita dari segi pengorbanan untuk agama sudah sangat jauh tertinggal dari kehidupan sahabat yang penuh dengan pengorbanan untuk agama. Dan Latihan yang dilakukan sahabat juga sudah kita tinggalkan hari ini. Latihan seperti apa yang telah kita tinggalkan ? yaitu latihan melawan hawa nafsu, meninggalkan harta, anak, istri, perdagangan, demi agama. Dengan tahapan ini tujuannya adalah bagaimana kehidupan dan pengorbanan kita dapat ditingkatkan sehingga tidak tertinggal jauh daripada pengorbanan para sahabat RA. Asbab pengorbanan inilah Allah telah ridho pada mereka dan pertolongan Allah selalu bersama mereka dimanapun mereka berada. Melalui usaha nubuwah ini bagaimana pengorbanan dan kehidupan kita dapat mencapai tingkat pengorbanan dan tingkat derajat kehidupan para Sahabat RA. Ketika tahapan Iman sudah sampai kepada tingkatan keimanan para Sahabat RA, maka kefahamanpun akan Allah berikan pula kepada kita dan keluarga kita. Allah telah berikan kefahaman bukan hanya kepada para sahabat tetapi juga kepada anak, istri, dan keluarga mereka asbab pengorbanan mereka. Sebagaimana anak-anaknya Abu Bakar RA, Aisyah R.ha dan Asma R.ha, yang menghibur kakeknya yang marah kepada ayah mereka, karena pergi dijalan Allah tetapi tidak meninggalkan bekal untuk keluarganya. Apa yang dilakukan anak-anak Abu Bakar RA, yaitu Aisyah R.ha dan Asma R.ha, ketika itu ? yaitu mereka tidak mengadu pada kakeknya atau mengeluh mengenai  sikap ayahnya tersebut, tetapi mereka justru memikirkan jalan keluar untuk ayah mereka agar kakek mereka tidak berprasangka buruk pada anaknya yaitu Abu Bakar RA. Ketika itu mereka menggiring tangan kakeknya ke lemari yang tergeletak disana batu batuan dengan mengatakan bahwa itu emas yang disentuh tangan kakeknya yang ditinggalkan ayahnya sebagai bekal untuk keluarga mereka. Ayah Abu Bakar RA yang buta itupun akhirnya merasa tenang setelah cucunya mengatakan demikian. Inilah kelebihan yang Allah berikan kepada keluarga yang mau mengorbankan seluruh waktu dan hartanya untuk agama yaitu rasa cukup dan kefahaman atas agama.
Nabi SAW di hina, di caci, di timpuki, menderita karena agama tetapi mengapa pertolongan Allah tidak turun kepada Nabi SAW ketika itu di mekkah. Padahal Nabi SAW adalah mahluk yang paling Allah cintai. Ini karena Allah hendak meletakkan standard pengorbanan bagi Umat ini terutama kepada para sahabat ketika itu. Ketika Nabi SAW bersedih atas cobaan yang dia hadapi dan kesusahan yang maha dahsyat, Allah menghibur beliau SAW dengan kisah-kisah perjuangan, pengorbanan, dan kesusahan Nabi-Nabi dan Ummat-ummat terdahulu dalam membawa agama. Ketika pengorbanan dan keimanan sampai kepada level yang Allah mau, maka ketika itu baru Nusroh Ghaibiyah ( Pertolongan Allah ) akan nampak, seperti yang terjadi pada perang Badr. Allah kirimkan tentara malaikat di perang Badr sehingga pasukan sahabat yang jumlahnya 300 orang tanpa perlengkapan perang yang lengkap mampu mengalahkan musuh yang jumlahnya 3 kali lipat yaitu ± 1000 orang dengan persenjataan yang lengkap. Maiyatullah (Kebersamaan dengan Allah) akan bersama orang-orang yang siap bermujahaddah membantu agama Allah. Bagaimana kita mendzohirkan Qudratullah dalam kehidupan kita ? Masyaikh berkata caranya adalah dengan menafikan ( menolak ) logika dan penglihatan kita, dan membenarkan perintah Allah dalam segala keadaan. Kita jangan terkesan dengan keadaan-keadaan, jangan terkesan dengan apa yang kita miliki dan apa yang tidak kita miliki atau, tetapi kesankan diri kita hanya pada Janji Allah dan hanya membenarkan perintahNya dalam segala keadaan. Baru ketika itu pertolongan Allah akan nampak. Terus tingkatkan pengorbanan, karena pertolongan Allah akan datang jika pengorbanan kita untuk agama bertambah.

Syeikh Meiji Mehrab Rah.A dari India berkata :
“Iman akan naik jika ada usaha atas Iman, Iman akan turun jika usaha atas Iman menurun, Iman akan istiqomah jika usaha atas Iman juga Istiqomah.”
Kini kebendaan naik dan meningkat karena adanya usaha atas kebendaan yang terus meningkat. Jika Iman manusia ini tidak di usahakan maka demand atau permintaan atau keinginan manusia atas hidayah atau Iman akan berkurang. Tetapi jika ada usaha atas Iman maka deman atau permintaan atau keinginan manusia akan hidayah akan bertambah.
Maulana Saad, Masyeikh India,  berkata Iman manusia ada tiga tingkatan :
  1. Iman Kuat : Dia Tau, Dia Taat, dan Dia Ridha pada seluruh Perintah Allah.
  2. Iman Lemah : Dia Tau Perintah Allah tetapi tidak ada usaha atas Ketaatan
  3. Iman Keluar : Dia Tau Perintah Allah tetapi dia menghindar demi kepentingan dunia
Mudzakaroh Pengorbanan Nabi SAW dan Sahabat RA
Hubungan kita dengan Allah Ta’ala hanya dapat dilakukan dalam Agama. Agama adalah hal-hal yang di inginkan Allah Ta’ala pada diri manusia dalam setiap waktu, tempat, dan keadaan. Dengan Dakwah maka kita dapat mewujudkan Agama dalam diri kita. Target dari dakwah adalah membuat sifat dan membentuk Iman dalam diri kita. Sebagaimana sahabat mendapat sifat dan Iman melalui dakwah yang penuh pengorbanan, sehingga Iman dan sifat Mereka terbentuk sesuai dengan yang Allah Ta’ala inginkan. 13 tahun sahabat berdakwah atas perkara Iman saja, sebelum syariat diturunkan. Pengorbanan yang mereka lakukan membuat Iman mereka menjadi kuat. Sehingga setiap perintah yang turun dapat dengan mudah dilaksanakan oleh sahabat.
Para sahabat disiksa hanya untuk mempertahankan Iman. Bilal RA dipanggang dan ditiban batu yang melebihi bobot badannya ditengah terik panas matahari namun Imannya tidak goyang. Kabab RA dipanggang punggungnya di atas bara namun Imannya tidak goyah. Ammar RA disiksa dengan ayah ibunya dipasir yang panas sehingga orang tuanya Syahid. Namun demi yang namanya Iman mereka bersabar atas penderitaan. Inilah kesabaran para Sahabat dalam memperjuangkan Agama.
Begitu pula penderitaan yang dialami Nabi SAW semenjak kecil. Ketika lahir ayahnya telah tiada. Rasulullah SAW hanya merasakan kasih sayang seorang ibu dalam 2 bulan saja. Baru merasakan sedikit kebahagiaan dengan kakeknya, Rasulullah SAW harus bersabar melihat kakeknya meninggal hanya dalam waktu kurang dari setahiun. Tarbiyah demi tarbiyah Allah berikan kepada Nabi SAW  supaya siap menerima tanggung jawab kenabian. Tarbiyah yang Allah berikan kepada Nabi SAW ini telah membentuk sifat dalam diri Nabi SAW.
Setelah ayat pertama turun yaitu ayat Iqro : “Bacalah”, Nabi SAW dituntut untuk membaca keadaan ummat. Namun karena takutnya menerima wahyu pertama kali, untuk beberapa saat Nabi berusaha menenangkan diri. Lalu turunlah perintah “Ya hayyuhal Mudatsir Kum Fa Anzir Farabbaka Fakabbir.” Artinya : “Wahai orang yang berselimut bangunlah dan besarkanlah nama tuhanmu.” Inilah awal dari perintah Allah SWT kepada Nabi SAW untuk memulai dakwah. Jadi kita berdakwah bukan karena nafsu kita tetapi ini karena perintah Allah sebagaimana yang Allah perintahkan kepada Nabi SAW. Setelah turun ayat ini, Nabi SAW berkata kepada istrinya, “Mulai hari ini tidak ada waktu untuk istirahat lagi.” Semenjak itu Nabi SAW tidak pernah berhenti dari kerja dakwah. Pergi pagi baju bersih pulang petang baju sudah kotor. Pernah suatu hari Nabi SAW asbab keletihan dari menyampaikan agama pada orang, beliau hendak beristirahat sebentar. Namun belum sempat tertidur turunlah ayat : “Ya Ayyuhal Muzammil Kumillaila illa qollila…” Ketika itu Nabi SAW diperintahkan untuk bangun malam menghadap Allah, mendirikan ibadah malam, sehingga hilanglah waktu untuk istirahat beliau SAW. Inilah kerja Nabi SAW yang tidak mengenal waktu dan lelah. Cobaan dan kepayahan dilewati oleh Nabi SAW, sampai-sampai Nabi SAW berkata mahfum : “Tidak ada satu manusiapun yang penderitaannya melebihi aku”. Pernah Nabi SAW membawa Siti Fatimah ke Masjidil Haram, ketika dalam keadaan sujud Nabi SAW badannya di lempari kotoran onta oleh orang kafir Quraish, sehingga membuat Siti Fatimah yang masih kecil menangis melihat keadaan ayahnya.  Melihat kotoran yang menempel pada badan ayahnya, Siti Fatimah sambil menangis berusaha membersihkan kotoran onta tersebut dari ayahnya. Ketika beliau berdakwah, orang-orang yang memberikan beliau gelar Al-Amin, berbalik menghina beliau dengan panggilan Al Majnun ( orang gila ). Kehidupan beliau diboikot sehingga beliau berhari-hari dengan istrinya tidak makan apapun selain biji korma dan air putih. Selama 3 bulan dapur nabi SAW tidak mengeluarkan asap, tidak ada masakan atau makanan.
Belum lagi ketika beliau ke Thaif dengan penuh harapan penduduk Thaif mau memeluk Islam, ternyata yang diterimanya adalah siksaan. Rasululllah SAW dihina dan dilemparkan batu, sampai keluar kotapun masih dihajar. Darah segar Rasullullah SAW mengalir dari kepala beliau SAW banyak sekali. Disinilah Rasulullah SAW berdoa yang doanya menggetarkan hati seluruh penduduk langit. Ketika itu seluruh penduduk langit murka dan Allah Ta’ala telah memerintahkan malaikat untuk siap menerima perintah apapun dari Nabi SAW jika Nabi SAW berkeinginan menghancurkan Thaif. Tetapi apa yang dikatakan Nabi SAW menjawab kesediaan para malaikat tersebut yaitu  Nabi SAW berdoa yang bunyinya : “Ya Allah bukan ini yang aku mau, aku berdoa karena kelemahanku dalam berdakwah, karena ketidak mampuanku dalam menyampaikan “. Lalu Nabi SAW malah mendoakan kebaikan untuk para penduduk Thaif agar suatu saat nanti mereka mau memeluk Islam. Inilah yang dilakukan Nabi SAW yaitu membalas keburukan dengan kebaikan. Inilah kesabaran Rasullullah SAW dalam menghadapi cobaan. Ketika semua malaikat telah siap untuk menghancurkan Thaif yang telah menyiksa beliau, tetapi beliau malah mendoakan kebaikan buat mereka yang telah menyiksa beliau SAW. Namun cobaan dan ujian kepada Nabi SAW tidak hanya berhenti sampa di Thaif saja, masih banyak lagi cobaan dan penderitaan yang harus dilewati Nabi SAW. Di saat penting-pentingnya Dakwah Rasulullah SAW di Mekkah berturut-turut Rasulullah SAW harus kehilangan 2 orang yang dicintai dan mendukungnya dalam berdakwah yaitu istrinya, Khadijah R.ha, yang selalu menghiburnya ketika sedih dan pamannya Abu Thalib yang selalu membelanya dari siksaan orang kafir Quraisy. Cobaan demi cobaan, kesusahan demi kesusahan, terus di alami Nabi SAW hingga akhir hayatnya. Menjelang ajalnya Nabi SAW barulah bisa berkata, “Tidak akan ada lagi kesusahan setelah hari ini.”
Sahabat RA ini mencintai Nabi SAW melebihi cinta mereka pada keluarganya, pada orang tuanya, bahkan melebihi kecintaan mereka pada dirinya sendiri. Sahabat untuk bersabar ketika harus meninggalkan anak, istri dan mendapat berbagai macam siksaan, ini mudah saja bagi mereka. Tetapi Tidaklah mudah bagi sahabat menahan kesabaran ketika mereka melihat Rasulullah SAW dihina dan disiksa. Ini karena mereka. sahabat dahulu adalah seorang yang pemberani dan pendekar-pendekar perang. Ketika Hamzah RA mendengar Rasulullah SAW ditimpuki kotoran oleh Abu Jahal, beliau RA langsung menyampiri Abu Jahal dan memukulnya hingga jatuh dan berdarah, didepan para petinggi quraisy pada waktu itu. Padahal waktu itu Rasulullah SAW  tidak pernah menyuruh mereka mambalas atau menyatakan perang kepada orang kafir Quraish atas perlakuan mereka. Justru beliau malah menyuruh mereka, para sahabat RA, untuk bersabar atas orang kafir quraisy. Para sahabat rela bersabar diatas segala penderitaan demi Agama Allah. Mereka disiksa, keluarga mereka dibunuh, dihina dan dicaci maki, tetapi apa yang nabi anjurkan kepada mereka, yaitu bersabar, bukan membalas dengan nafsu dan dendam.
Allah Ta’ala menguji kesabaran para sahabat ketika susah dan sempit yaitu ketika di Mekkah, dan Allah Ta’ala menguji mereka ketika senang dan lapang ketika di Madinah. Ketika perjanjian Hudaiybiyah, para sahabat RA ditest kehormatannya oleh Allah Ta’ala. Sejauh mana mereka siap mengorbankan kehormatan mereka untuk Agama. Ketika perjanjian Hudaibiyah, saat itu para sahabat RA sudah dalam posisi siap tempur, dan keuntungan keadaan berpihak pada sahabat RA ketika itu. Namun apa yang terjadi disaat sahabat sudah merasa ini waktunya bagi mereka untuk membalas semua kekejaman kaum Quraish kepada mereka dan keluarga mereka. Justru keadaan yang menguntungkan itu ditolak mentah-mentah oleh Rasulullah SAW. Bahkan Rasullullah SAW menerima tawaran kafir quraisy yang tidak seimbang dan merugikan posisi mereka pada waktu itu. Secara logika apa yang diputuskan oleh Nabi SAW tidak dapat diterima oleh akal dan nalar para sahabat RA ketika itu. Hal ni membuat harga diri para sahabat ketika itu tercabik-cabik. Namun karena ini sudah menjadi keputusan Rasulullah SAW, maka mereka harus taat. Inilah kesabaran sahabat ketika mereka telah telah diujung kesabaran mereka untuk menggempur kafir quraisy, mereka masih tetap taat kepada Nabi SAW. Tetapi kejadian ini diabadikan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Quran sebagai kemenangan umat Islam, walaupun para sahabat mengalami kekecewaan.
Bagaimana diceritakan ketika penaklukan kota Mekkah, orang kafir quraisy ketakutan melihat kekuatan umat Islam ketika itu. Abu Sofyan, Jendral orang quraisy yang ikut diberbagai pertempuran  melawan umat Islam, Hindun yang memakan hati paman Nabi, semua orang yang pernah menyiksa sahabat orang yang sama ketika itu sangat ketakutan. Namun apa yang terjadi, ketika Nabi berbicara di depan ka’bah kepada orang kafir Quraish, ”Tahukah kalian apa yang akan aku lakukan kepada kalian?” mereka menjawab dengan ketakutan, “tidak ya Rasulullah” Rasulullah SAW bersabda, “Aku akan membebaskan kalian sebagaimana saudaraku Yusuf AS membebaskan saudara-saudaranya.” Inilah yang dilakukan Rasulullah SAW kepada orang yang sama yang telah menyiksa beliau SAW dan para sahabatnya.
Inilah kesabaran yang harus dipunyai seorang beriman. Sedangkan hari ini kita sudah merasa kehilangan kesabaran terhadap saudara sendiri, keluarga sendiri, teman sendiri, terhadap lingkungan sendiri. Bagaimana kita bisa menjadi seperti mereka, Nabi dan para Sahabat RA, jika kita tidak mempunyai kesabaran seperti yang mereka miliki. Para sahabat juga dihina ketika sedang berdakwah, tetapi mereka bisa bersabar diri. Keadaan kita dibandingkan para sahabat sangatlah jauh berbeda. Karena pengorbanan yang mereka lakukan dalam berdakwah berbeda dengan kita, sehingga tingkat kesabaran yang kita punya juga berbeda dengan mereka. Asbab kesabaran dan pengorbanan mereka, hidayah tersebar. Masalah sahabat dibandingkan dengan masalah yang kita hadapi sangatlah tidak sebanding, karena kita tidak melalui penyiksaan-penyiksaan, pembunuhan massal terhadap orang yang kita cintai, ditimpuki, dan lain-lain. Untuk itu penting kita keluar di jalan Allah untuk melatih diri kita agar bisa mendapatkan sifat para sahabat. Dengan tarbiyat yang kita dapati ketika berdakwah, ini dapat membentuk sifat-sifat mulia dalam diri kita. Inilah yang dilakukan para Anbiya AS dan para sahabat dalam menjalankan usaha atas agama, “The Efforts of Deen”, atau Dakwah. Mereka harus melakukan total pengorbanan sebagai bukti kecintaan mereka kepada Allah Ta’ala dan Nabi SAW.
Mudzakaroh Pengorbanan Ibrahim AS dan keluarganya
Ibrahim AS baru bisa mempunyai anak ketika beliau berumur 98 tahun. Ketika itu beliau diuji 2 kali oleh Allah Ta’ala. Pertama ketika beliau harus meninggalkan anak yang baru ia punya dan yang ia dambakan, dan istrinya  dipadang pasir. Disini terlihat bahwa Allah hendak menguji Ibrahim AS dengan perintahNya, agar Ibrahim AS ini hatinya senantiasa terpaut pada Allah. Hari ini seseorang yang pulang kerja saja tidak sabar buru-buru pulang ingin bertemu dengan anak dan istrinya, tetapi lihat Ibrahim AS malah diperintahkan untuk meninggalkan anak dan istrinya. Dengan penuh kesedihan dan kesabaran dalam menjalankan perintahNya, Ibrahim AS tinggalkan anak dan istrinya di padang pasir. Demi menjalankan perintah Allah, keluargapun Ibrahim AS rela mengorbankannya. Ibrahim AS di test kesabaran dan keyakinannya oleh Allah untuk meninggalkan anak dan istrinya di padang pasir.
Setelah Siti Hajar mengetahui bahwa itu adalah perintah Allah maka dia pun Ridho di tinggal Ibrahim AS ditengah padang pasir. Inilah keyakinan siti hajar dan ketaatannya terhadap perintah Allah. Hari ini orang jika melihat suami meninggalkan anak dan istri untuk mendekatkan diri kepada Allah, orang-orang sudah mencapnya sebagai orang yang tidak bertanggung jawab. Jika suami pergi untuk mencari keduniaan di anggap sebagai orang yang penuh tanggung jawab. Inilah kesalah fahaman kita hari ini, dikira kita yang menghidupkan keluarga kita. Orang yang mau berkorban untuk agama di jelekkan dan orang yang buat usaha atas dunia di muliakan.
Allah telah buktikan bahwa Allah tidak perlu Ibrahim AS, Uang, atau Mahluk apapun dalam memelihara Siti Hajar dan Ismail AS dipadang pasir yang tandus. Allahlah yang memelihara segala-galanya, mahluk tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah. Asbab keyakinan dan ketaatan Ibrahim AS dan keluarganya yaitu Siti Hajar dan Ismail AS, Allah telah buat Mekkah daerah yang tandus dan tidak ada manusia yang mau datang menjadi daerah yang berkah keluar air zam zam dan ramai pengunjung. Setelah beberapa lama tidak bertemu, Ibrahim AS Allah izinkan untuk bertemu dengan siti hajar dan Ismail AS, dengan syarat tidak boleh turun dari kudanya dan tidak boleh berbicara. Setelah itu Ibrahim AS harus balik lagi ke Palestina tempat dia harus berdakwah. Hari jika kita diposisi nabi Ibrahim AS, sudah lama di jalan Allah rindu pada keluarga, sekalinya bertemu tidak boleh turun dari kuda, tidak boleh memeluknya, dan tidak boleh berbicara. Inilah kesabaran seorang Nabi dan seorang Da’inya Allah. Setelah lolos dari ujian ini baru Allah izinkan Ibrahim AS berkumpul dengan Siti Hajar dan Ismail AS.
Ujian kedua, ketika Ibrahim AS lagi senang-senangnya bermain bersama Ismail AS, turun perintah untuk menyembelih Ismail AS. Inilah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dalam membuktikan kecintaannya terhadap Allah Ta’ala, bahwa tidak ada yang lebih besar dari Allah di hatinya. Ini adalah ujian dari Allah untuk membuktikan bahwa hati Ibrahim AS tidak mendua kepada Allah dan kepada selain Allah walaupun itu keluarga. Ketaatan kepada Allah Ta’ala bagi Ibrahim AS lebih berharga dibanding keluarganya. Inilah kesiapan dan kesabaran seorang Nabi dan seorang da’i dalam menjalankan perintah Allah.
Begitupula kepada siti hajar dan Ismail AS ketika mendapatkan perintah ini. Nabi Ibrahim dan Ismail AS digoda setan dengan perkataan, “Wahai Ibrahim ini adalah anakmu bagaimana kamu bisa membunuh darah dagingmu sendiri, apakah kamu tega.” Mendengar godaan dari setan ini maka Ismail AS mengusir setan itu dengan melemparkan batu. Lalu Ismail AS berkata kepada ayahnya, ”wahai ayah jika ini perintah Allah jalankanlah, saya ikhlas menerimanya.” Begitu juga Siti Hajar yang di goda oleh setan yang mengatakan bahwa saat ini Ibrahim AS akan membunuh anaknya. Siti Hajar terperanjat kaget saekan-akan tidak percaya. Lalu Siti Hajar bertanya, “Apakah ini adalah perintah dari Allah ?” si setan menjawab,”benar.” Mendengar ini siti hajar menimpuk setan itu dengan batu dan berkata, “Kalau begitu kamu ini setan, masa Ibrahim AS harus melanggar perintah tuhannya.” Inilah keyakinan dan kesabaran keluarganya seorang Nabi dan Da’inya Allah dalam menjalankan perintah Allah. Ini berlaku bagi siapa saja yang siap berkorban di jalan Allah maka nanti Allah akan buat keluarganya mempunyai keyakinan dan ketaatan seperti keluarganya Ibrahim AS.
Keadaan ini tidak hanya Allah berikan kepada Nabi Ibrahim AS tetapi juga kepada para sahabat RA seperti Abu Bakar RA. Asbab pengorbanan Abu Bakar RA, anak-anaknyapun mempunyai keyakinan yang sama seperti ayahnya. Suatu ketika Abu Bakar hendak keluar di jalan Allah, ia telah korbankan seluruh hartanya untuk digunakan di jalan Allah. Lalu Nabi SAW bertanya apa yang telah kamu tinggalkan untuk rumahmu, dia menjawab, “Saya tinggalkan Allah dan RasulNya.” Ketika ayah Abu Bakar RA yang buta dan masih dalam keadaan Kafir berkunjung kerumahnya Abu Bakar, dia berkata dengan nada marah kepada cucunya, “Pasti Abu Bakar telah meninggalkan kalian pergi tanpa meninggalkan apapun.” Lalu Siti Aisyah R.ha beserta adiknya Asma R.ha membimbing kakeknya ke arah meja dan berkata, “Tidak kakek, ayah telah meninggalkan kita batu emas ini.” Seraya membimbing tangan kakeknya ke meja memegang batu yang dikira emas oleh kakekanya. Inilah keyakinan yang ditanamkan Allah kedalam anaknya Abu Bakar RA, sehingga mereka rela ditinggalkan oleh ayahnya tanpa ditinggali apapun.
Nusrottulloh, pertolongan Allah Ta’ala, akan datang kepada orang yang melakukan total pengorbanan dan mempunyai kecintaan terhadap agama seperti sahabat RA. Suatu ketika anak laki-laki Abu Bakar berkata kepada ayahnya, “wahai Ayah, ketika perang Badr, saya mempunyai kesempatan 3 kali untuk membunuhmu, tetapi setiap saya hendak melakukannya, rasa cintaku kepadamu menghalangiku untuk melakukannya “. Lalu Abu Bakar menjawab, ”wahai anakku, jika saat itu aku mendapatkan kesempatan untuk memenggal kepalamu, pasti aku akan melakukannya tanpa ragu-ragu karena aku lebih mencintai Allah Ta’ala dan RasulNya daripada kamu.”
Inilah cinta sahabat RA terhadap Allah Ta’ala, dan inilah kecintaan yang Allah Ta’ala mau, tidak mendua kepada yang lain. Seorang sahabat ditanya oleh Rasulullah. ”Apakah yang akan engkau lakukan jika engkau malihat istri engkau berduaan dengan lelaki lain dalam kamarmu.” Sahabat menjawab, “Akan saya penggal leher lelaki itu.” Lalu Rasulullah SAW bersabda mahfumnya, ”Saya lebih pencemburu dari kamu, dan Allah lebih pencemburu dari saya. Begitu pula cemburunya Allah Ta’ala terhadap hambanya jika dapatiNya dalam hati hambanya kebesaran mahkluk selain kebesaran Allah Ta’ala”
Ada seorang sahabat yang tidak bisa tidur sebelum melihat wajah Nabi SAW karena sangking cintanya kepada Nabi SAW. Seorang sahabat berkata, “Sebelum aku memeluk Islam tidak ada seorangpun yang kubenci melebihi Muhammad SAW, tetapi setelah aku memeluk Islam tidak ada satu manusiapun yang lebih aku cintai daripada Nabi SAW”. Sahabat sangking cintanya kepada nabi SAW rela mengorbankan anak, istri, pekerjaan, jabatan, harta, dan harga diri. Tetapi jika takaza agama dibentangkan maka mereka rela meninggalkan Nabi SAW demi agama. Sebagaimana perpisahan Nabi SAW dengan Muadz yang akan pergi berdakwah ke Yaman. Nabi SAW berkata kepadanya bahwa ini adalah pertemuan mereka yang terakhir, namun Muadz RA dengan hati yang hancur dan kesedihan yang luar biasa karena harus berpisah dengan orang yang paling dicintainya tetap melanjutkan perjalanan demi kepentingan agama.
Para sahabat ketika takaza jihad dibentangkan maka mereka langsung meninggalkan segala yang mereka cintai seperti istri yang baru dinikahi pada malam pertama, kebun korma yang siap dipanen, seluruh harta bendanya untuk agama. Bahkan keluarga merekapun diberi semangat oleh anggota keluarga mereka sendiri untuk berjihad di jalan Allah. Namun karena lemahnya iman kita maka kita belum mampu melakukan pengorbanan seperti mereka. Kesalah fahaman yang terjadi saat ini adalah kita menyangka bahwa diri dan harta kita adalah milik kita. Padahal semua yang kita miliki dan yang kita lihat ini adalah milik Allah Ta’ala. Untuk membenarkan kesalah fahaman ini maka kita harus keluar dijalan Allah Ta’ala belajar berkorban seperti para Nabi AS dan para sahabat RA.

Usaha Dakwah


Usaha dakwah adalah sarana tarbiya umat untuk mencapai kesempurnaan sifat umat di seluruh alam yang dikerjakan secara bertahap-tahap sehingga umat ini layak untuk meneruskan risalah kenabian.
Tarbiyah bagi umat untuk mencapai sifat-sifat :
  1. Iman dan yakin seperti iman dan yakinnya Rasulullah saw
  2. Fikir dan risau seperti fikir dan risau Rasulullah saw
  3. Maksud hidup seperti maksud hidup Rasulullah saw
  4. Kecintaan seperti kecintaan Rasulullah saw
  5. Tertib hidup seperti tertib hidup Rasulullah saw
Tahapan-tahapan dalam Usaha Dakwah :
  1. Tahap dasar ( 10% nishab umur )
  2. Tahap menengah ( 1/3 nishab umur)
  3. Tahap tinggi ( harta, diri, waktu siap dimusyawarahkan)
Fase-fase dalam dakwah :
  1. Fase jahiliyyah (sebelum kenal usaha dakwah)
  2. Fase Hidayah (dikenalkan dalam usaha dakwah)
  3. Fase Tarbiyah (dididik dan digembleng dalam usaha dakwah)
  4. Fase Nushroh (ditolong Allah dan manusia berbondong-bondong masuk Islam)
Usaha dakwah adalah usaha atas hati-hati manusia yang hasilnya berupa hidayah.
Niat Dakwah :
  1. Ishlah Diri
  2. Dakwah sebagai maksud hidup
  3. Siap dihantar ke seluruh alam
  4. Mengharap ridho Allah
Ghiroh Dalam Dakwah :
  1. Kalah untuk menang
  2. Lembut tapi tembus
  3. Keras tapi tidak kurang ajar
13 Asas Usaha Dakwah :
  1. Individu dan jamaah bukan pertemuan besar-besaran
  2. Kerisauan hati bukan fikir yang tinggi
  3. Musyawarah bukan perintah
  4. Diri bukan harta
  5. Tawadhu bukan sombong
  6. Senyap-senyap bukan propaganda
  7. Perdamaian bukan peperangan
  8. Kesatuan hati bukan perpecahan
  9. Amar makruf bukan nahi mungkar
  10. Gerak bukan bicara
  11. Ringkas bukan detail
  12. Ushul bukan furu’
  13. Berita gembira bukan menakutkan
Usaha Dakwah dibuat dengan 4 perkara :
  1. Hikmah
  2. Bashirah
  3. Husnul Tadbir
  4. Akhlaq
13 Sifat Da’i dalam buat Usaha Dakwah :
  1. Mahabbah kepada semua makhluk
  2. Rela berkorban untuk agama baik waktu, diri, dan harta
  3. Niat ishlah diri
  4. Mencari Ridho Allah
  5. Istighfar setelah beramal
  6. Tabah dalam menghadapi segala ujian
  7. Menisbatkan diri hanya kepada Allah
  8. Tidak putus asa terhadap segala kegagalan
  9. Sabar seperti onta
  10. Tawadhu seperti bumi
  11. Tegak kokoh seperti gunung
  12.  Berpandangan luas seperti langit
  13. Bergerak memberi manfaat seperti matahari
Cara mendapatkan sifat-sifat da’i :
  1. Tingkatkan pengorbanan
  2. Sambut Takaza
  3. Zuhud
  4. Ikhlash
  5. Akhlaq
4 Pengorbanan dalam usaha dakwah :
  1. Korban Nishob
  2. Korban Nishob ditambah Takaza
  3. Korban perasaan
  4. Korban menunda kesenangan dunia untuk akhirat
4 Halangan dalam Usaha Dakwah :
  1. Ilmu
  2. Keluarga
  3. Pekerjaan
  4. Dapat Ujian
4 Ujian dalan Usaha Dakwah :
  1. Dimuliakan
  2. Dihinakan
  3. Ditambah rezeki
  4. Dikurangi rezeki
4 Penyakit dalam Usaha Dakwah :
  1. Terlalu bersemangat
  2. Putus asa
  3. Niat tidak betul
  4. Melihat hasil
3 Perkaran yang menbuat maju Usaha Dakwah :
  1. Kesatuan hati
  2. Kesatuan fikir
  3. Kesatuan kerja
3 Perkara uang membuat mundur Usaha Dakwah, apbila mengandalkan :
  1. Bayan (Ceramah-ceramah)
  2. Tulisan
  3. Cara Sendiri dengan mengikuti hawa nafsu
2 Perkara ujung tombak Usaha Dakwah :
  1. Jemaah Jalan Kaki
  2. Jemaah Masturoh
5 Perkara supaya dikekalkan dalam Usaha Dakwah :
  1. Niat Ishlah
  2. Menjadikan dakwah sebagai maksud hidup
  3. Jangan lihat / membicarakan dan mencari-cari kesalahan orang lain
  4. Jangan lihat hasil
  5. Bersabar terhadap segala ujian yang datang
5 Perkara yang merusakkan Usaha Dakwah :
  1. Buruk Sangka
  2. Berdebat / berbantah-bantahan
  3. Menyalahi sunnah
  4. Ujub
  5. Takabbur

Ushul Ushul Dakwah


Ushul2 dakwah adalah tertib yang dipakai jamaah sewaktu Khuruj Fisabilillah 
baik juga bila diamalkan saat tidak khuruj, 

Yang diperbanyak:
a. perbanyak Dakwah illallah
b. perbanyak Ta'lim wa'talum
c. perbanyak Dzikir Ibadah
d. perbanyak Khidmat

Yang dikurangi:
a. Kurangi masa makan dan minum
b. Kurangi masa tidur dan istrirahat
c. Kurangi keluar dari lingkungan masjid
d. Kurangi bicara yang sia-sia

Yang ditinggalkan:
a. Tinggalkan mengharap kepada makhluk kecuali hanya kepada Allah swt
b. Tinggalkan  meminta kepada makhluk kecuali hanya kepada Allah
c. Tinggalkan menggunakan barang orang lain tanpa izin
d. Tinggalkan sifat boros dan mubazir

Yang dijaga:
a. Jaga ketaatan pd amir rombongan. Selama amir taat pada Allah dan rasulnya...
b. Jaga amal ijtimai daripada infirodi
c. Jaga Kehormatan masjid,
d. Jaga sifat Sabar dan tahan uji,

Yang jangan disentuh:
a. Jangan sentuh Masalah Politik praktis, baik dalam maupun luar negeri
b. Jangan sentuh Khilafiyah/ perbedaan pendapat dikalangan ulama
c. Jangan sentuh Status, jabatan
d. Jangan sentuh dana, sumbangan

Yang didekati:
a. Dekati Ulama, Ustads, Alim, pengajar Pondok Pesantren
b. Dekati Da'i, Muballigh
c. Dekati Ahli Dzikir, ahli tharekat
d. Dekati Musonif (pengarang Kitab)

Targib Iman dan Amal


Target yang paling penting adalah bagaimana kehidupan kita ini tidak telalu ketinggalan jauh dari kehidupan para sahabat RA. Jadi penting kita mempunyai target dalam melaksanakan kerja kenabian ini.
Diantaranya target dari usaha Nubuwah adalah :
  1. Bagaimana Ummat dapat mengamalkan agama secara sempurna selama 24 jam.
  2. Bagaimana Ummat dapat melanjutkan Risalat Kenabian yaitu Kerja Dakwah
  3. Bagaimana Ummat dapat mengikuti Napak Tilas Pengorbanan Kehidupan Sahabat
Sehingga nanti semua manusia dapat selamat dunia dan akherat. Inilah yang namanya jalan keselamatan. Apa itu Jalan keselamatan yaitu Jalan Hidayah atau Sunnanul Huda. Allah telah berikan kepada Nabi SAW Sunnanul Huda : jalan-jalan petunjuk atau jalan-jalan hidayah, agar manusia bisa mendapatkan yang namanya kebahagiaan dan keselamatan. Siapa saja yang berjalan diluar Sunnanul Huda niscaya mereka akan tersesat dan jauh dari petunjuk Allah. Jika kita tidak diberi petunjuk maka kita akan sengsara hidup di dunia ini dan di akherat nanti. Seperti orang buta yang kehilangan tongkat, jalannya akan menderita, nabrak sana nabrak sini, terjatuh-jatuh. Begitulah orang yang hidup tanpa hidayah. Sedangkan Dakwah ini adalah salah satu Sunnah Nabi SAW yang akan mendatangkan hidayah atau petunjuk kepada manusia.
Hari ini orang islam banyak yang hidup dengan cara Yahudi dan Nasrani, padahal satu-satunya kehidupan yang di ridhoi Allah dan yang Allah telah jamin hanya kehidupan Nabi SAW. Kehidupan Nabi SAW ini adalah suatu kehidupan yang didasari atas wahyu Allah, langsung petunjuknya dari Allah. Sehingga ketika Nabi SAW mengamalkan petunjuk atau wahyu itu dengan sempurna maka kehidupan Nabi SAW penuh dengan keberkahan dan pertolongan Allah. Beda dengan kehidupan kita hari ini yang penuh dengan kesulitan dan tidak ada pertolongan Allah. Hari ini kita setiap ada masalah baru lari ke ulama minta do’a karena merasa do’anya tidak didengar oleh Allah. Tetapi setelah minta do’a, ketika pulang kehidupannya tidak berubah, sama saja dengan sebelumnya seperti kehidupan Yahudi dan Nasrani. Bagaimana Allah akan tolong kita jika kita masih seperti itu cara hidupnya. Beda dengan sahabat setiap ada masalah langsung lari kepada Allah, diselesaikan dengan sholat dan do’a, maka pertolongan Allah langsung turun saat itu juga. Mengapa doa sahabat ijabah dan sedangkan doa kita tidak ? padahal Tuhannya sama, Nabinya sama, Kitabnya sama, Kiblatnya sama. Ini disebabkan kehidupan yang kita jalani berbeda  dengan sahabat RA.
Usaha ini adalah usaha atas napak tilas pergerakan dan pengorbanan para sahabat. Seseorang pernah bertanya kepada seorang Masyaikh dari pakistan, Maulana Yunus, “Apa batasan atau kapan akhir dari perjalanan seseorang ini dalam membuat Amal Maqomi dan Amal Intiqoli ?” jadi maksudnya apa batasan akhir amalan dakwah ini sehingga orang sudah dapat dikatakan sampai pada maksud dan tujuannya. Maulana Yunus katakan “Yaitu ketika pengorbanan ummat ini sudah sampai pada level seperti pengorbanan para sahabat.” Sangking tingginya pengorbanan para sahabat ini sehingga mereka bisa menarik langsung apa saja yang ada dari khazanah Allah kapanpun mereka perlukan. Iman mereka ini, para sahabat RA, sudah sampai pada taraf walaupun diperlihatkan pada mereka surga dan neraka, maka Iman mereka sudah tidak dapat naik lagi ataupun berkurang. Namun selama kita ketika ditaskil masih ada rasa berat, masih merasa memerlukan ini dan itu, dan masih terkesan hati kita pada selain Allah, berarti kerja atas nishab waktu 40 hari, 4 bulan, ini adalah yang terbaik bagi dia untuk dilakukannya dalam rangka islah dan dalam rangka perjalanan mendekati kepada kehidupan sahabat RA. Jika dia sudah bisa ditaskil, sudah mempunyai kesiapan untuk berangkat kapan saja diperlukan untuk agama, maka ketika itu nishab waktu sudah tidak berlaku lagi buat dia. Jika dalam hidupnya tidak ada lagi yang lebih penting dari perintah Allah dan rasulnya, ketika itu baru kapanpun diperlukan dia akan siap meninggalkan semua perkara yang dicintai demi agama. Sahabat ini kapan saja ada takaza atau permintaan untuk fissabillillah mereka selalu siap. Sehingga tidak ada nishab waktu diantara sahabat, yang ada kapan dibutuhkan mereka selalu siap dan tidak ada keraguan sedikitpun meninggalkan yang mereka punya. Sahabat sudah meletakkan hidupnya untuk mencapai maksud, sehingga siap mengorbankan segala-galanya kapan saja diminta untuk fissabillillah. Inilah sahabat, sedangkan kita belum bisa seperti itu. Mereka, para sahabat RA, sudah tidak terkesan lagi pada apa yang mereka miliki,  tetapi hanya pada apa yang Allah janjikan.
Seseorang ulama bertanya kepada Masyeikh yang juga seorang Syeikhul Hadits, “Mengapa anda mau ikut dalam usaha ini yang tidak ada haditsnya mengenai tentang nishab 40 hari, 4 bulan, di jalan Allah tersebut ?” Lalu Masyeikh katakan mahfum, “Kerja dakwah ini adalah ijhtihad dari Maulana Ilyas, dan saya merasa cocok dengan ijtihad beliau. Andaikata ada suatu usaha lain yang lebih baik daripada usaha ini dalam memperbaiki kehidupan ummat maka saya akan bantu dan ikut dalam perjuangan usaha tersebut !” Tetapi masalahnya saat ini yang ada dan banyak membawa ummat kepada perbaikan hanyalah usaha ini dan telah nampak hasilnya. Dan usaha atas amar ma’ruf atau kerja dakwah ini adalah usaha yang paling diperlukan ummat saat ini.
Maulana Ilyas Rah.A ketika memulai usaha ini asbab fikirnya atas agama dan risaunya terhadap kondisi ummat saat itu di mewat, beliau telah melakukan beberapa usaha atas perbaikan ummat :
1. Usaha Atas Ilmu  : Mendirikan Madrasah
Namun ketika itu yang beliau temui adalah kegagalan, dan tidak effektif. Seperti ketika beliau membangun madrasah, salah seorang muridnya yang terbaik setelah lulus pergi kekota, dengan harapan murid tersebut dapat memberikan perbaikan terhadap kehidupan ummat di kota. Ternyata setelah bertemu kembali beberapa lama kemudian, si murid yang terbaik yang telah tinggal di kota ini, ketika bertemu telah hilang dari dirinya ciri-ciri keislamannya. Ini menunjukkan kegagalan atau ketidak effektifan usaha atas madrasah dalam memperbaiki ummat. Ketika si murid dibawa kepada suasana kota dimana amal agama tidak ada maka akan terjadi kemerosotan Iman.

2. Usaha atas Dzikir Ibadah : Mengajarkan Amalan Dzikir Tarekat
Beliau mempunyai murid dalam membuat amalan dzikir, karena beliau sendiri juga adalah seorang Mursyid tarekat. Namun masalahnya adalah murid-murid tarekat ini mempunyai kecenderungan untuk menyendiri, melakukan uzlah dengan membuat amalan dzikir. Sehingga perbaikan atas kehidupan ummatpun juga tidak nampak melalui cara ini.

3. Usaha atas Kerja Dakwah : Usaha atas Amar Ma’ruf & Fissabillillah
Asbab fikir beliau yang kuat atas agama dan kerisauannya atas ummat yang sudah rusak ini, sehingga Allah telah memberi petunjuk, ilham,  kepada beliau untuk memulai kembali usaha nubuwah. Usaha Nubuwah yaitu usaha yang dibuat Rasulullah SAW pada waktu kurun awal islam berkembang. Apa itu usaha Nubuwah ? yaitu kerja dakwah, menyiapkan ummat melanjutkan risalah kenabian. Rombongan dikirim untuk Fisabillillah agar dapat membuat dan membawa suasana agama sehingga orang tertarik kembali untuk menghidupkan amal-amal agama di dalam rumahnya, lingkungannya, dan di seluruh alam. Caranya dengan membuat amal maqomi dan amal intiqoli, yaitu usaha atas ketaatan, amar ma’ruf, dan usaha atas pengorbanan, khuruj fissabillillah.
Nabi SAW ditarbiyah oleh Allah agar gantungannya benar dengan cara memutuskan hubungan beliau dengan orang-orang yang disekitarnya dan yang dicintainya. Beliau SAW sebelum berdakwah diberi gelar oleh orang-orang “Al Amin”, “Yang Terpercaya”. Dan dicintai oleh banyak orang. Namun setelah datang perintah untuk berdakwah, orang yang sama yang memberi beliau gelar Al Amin memberi gelar yang baru menjadi “Al Majnun”, “Orang Gila”. Dan orang-orang yang mencintainya menjadi orang-orang yang paling benci dengannya bahkan dari kalangan keluarganya sendiri. Dari kecil Beliau SAW di tarbiyah agar selalu mempunyai gantungan yang benar agar tidak tawajjuh kepada selain Allah. Belum lahir, ayahnya tempak seorang anak bergantung sudah wafat. Lalu baru sesaat bertemu ibunya ditengah perjalanan pulang ibunya wafat. Pamannya yang selalu melindunginya ketika saat-saat dibutuhkan dalam dakwah beliau juga Allah wafatkan. Istri beliau, Khadijah R.ha, yang selalu mendukungnya dalam kerja dakwah dan yang selalu menghiburnya dikala susah juga Allah wafatkan pada kurun masa awal kenabian. Beliau telah kehilangan segalanya dan kehilangan tempat bergantung selain kepada Allah. Bagaimana Allah mentarbiyah sahabat agar mempunyai tarbiyah yang sama seperti Nabi SAW sehingga gantungannya hanya kepada Allah, Sahabat RA diperintahkan untuk hijrah bersama Nabi SAW meninggalkan segalanya dari anak, istri, harta, jabatan, kampung halaman, dan lain-lain.
Lalu bagaimana teguhnya Nabi SAW mempertahankan kerja dakwah ini yaitu ketika beliau ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi quraish, apa jawab Nabi SAW, “Walaupun engkau mampu meletakkan bulan ditangan kananku dan matahari ditangan kiriku, Aku tidak akan tinggalkan kerja dakwah ini walaupun hanya sekejap saja. Pilihannya hanya dua yaitu mati dalam mendakwahkan agama Allah, atau hidup melihat agama tersebar.” Inilah keteguhan Nabi SAW memegang usaha dakwah. Inilah maksud dari usaha ini bagaimana fikir nabi menjadi fikir kita, risau nabi menjadi risau kita, kesedihan nabi menjadi kesedihan kita, kecintaan nabi menjadi kecintaan kita, mijaz nabi menjadi mijaz kita. Ini diperlukan pengorbanan dan training khusus yang dilakukan secara terus menerus sampai pada akhirnya wujud dalam diri kita. Inilah mengapa kita penting keluar di jalan Allah dan membuat amal maqomi di mesjid kita.
Dengan Usaha Nubuwah ( Kerja Dakwah ) ini bagaimana kita dapat mewujudkan kehidupan Nabi SAW  ke dalam kehidupan kita. Bagaimana caranya ? yaitu dengan ikut dari pada Napak Tilas kehidupan Nabi dan Sahabat. Untuk perkara ini maka kita harus menjadikan maksud hidup nabi menjadi Maksud hidup kita, Kerja Nabi menjadi kerja kita, Fikir Nabi menjadi Fikir kita, Amal Nabi menjadi Amal kita, Perasaan Nabi menjadi Perasaan kita, Pola hidup nabi menjadi Pola hidup kita dan Do’a Nabi menjadi Do’a kita. Dengan cara inilah baru kehidupan Nubuwah akan wujud dalam kehidupan kita sebagaimana hidup di dalam kehidupan sahabat RA. Inilah targetnya yaitu menghidupkan kembali kehidupan nubuwah yang diamalkan oleh para sahabat RA kedalam kehidupan kita sehari-hari. Apa itu kehidupan Nubuwah yaitu kehidupan Nabi SAW selama 24 jam.

Apa itu Maksud Hidup Nabi :
Dakwah à Menyampaikan Agama, memberi peringatan dan kabar gembira tentang Allah dan kehidupan Akherat.
Apa itu Amal Nabi :
  1. Seluruh Sunnah Nabi  SAW dari ujung rambut sampai ujung kaki
  2. Seluruh Kehidupan Nabi SAW selama 24 jam
  3. Seluruh Perjalanan Hidup Nabi, Risau Nabi dan Fikir Nabi

Apa itu Kerja Nabi :
  1. Dakwah Illallah
  2. Taklim wa Taklum
  3. Dzikir Ibadah
  4. Khidmat

Apa itu Fikir Nabi :
  1. Bagaimana umat dari yang pertama lahir sampai yang terakhir mati di hari kiamat dapat mengucapkan La Illaha Illallah
  2. Bagaimana umat dapat selamat dari Adzab Allah Ta’ala dunia dan akherat dan masuk ke dalam SurgaNya Allah Ta’ala
  3. Bagaimana seluruh manusia dapat mengamalkan agama secara sempurna.
  4. Bagaimana umat ini dapat melanjutkan tugas Dakwah
Maka untuk dapat mewujudkan ini diperlukan usaha agar kehidupan Nabi SAW dapat wujud dalam kehidupan kita. Mengapa kita perlu mengusahakan ini ? karena seluruh aspek kehidupan Nabi SAW itulah yang namanya Agama. Tanpa usaha maka kehidupan nabi tidak akan bisa wujud dalam kehidupan kita. Methode yang diajarkan oleh Nabi SAW dalam mewujudkan Agama ini adalah “Learning By Doing”. Belajar dengan cara Pengamalan. Seperti orang yang belajar membawa mobil dengan praktek dan orang yang belajar mobil dengan membaca. Orang yang membaca cara membawa mobil belum tentu bisa membawa mobil dibandingkan dengan orang yang belajar membawa mobil dengan praktek. Yang mengamalkan membawa mobil dengan praktek dia akan lebih memahami apa yang harus dilakukan jika ada keadaan-keadaaan. Seperti apa yang harus dia lakukan dengan gas, gigi, dan fasilitas mobil lainnya ketika mobil jalan, atau sedang berhenti, atau sedang dalam keadaan berbelok. Sedangkan yang dengan membaca, dia akan terseok-seok dalam membawa mobil ketika diberi keadaan-keadaan. Inilah perbedaan antara orang yang mengetahui dan memahami.
Ciri-ciri Orang yang faham akan agama, adalah Jika Allah memberi dia ujian atau cobaan, maka dia akan mengerti bagaimana cara menghadapi masalah atau ujian tersebut. Sedangkan orang yang hanya tau teori agama, dia akan panik atau bingung menghadapi masalah atau keadaan tersebut sebagaimana orang yang bingung membawa mobil karena hanya belajar dari buku saja. Ini dikarenakan tidak adanya latihan atau praktek pengamalan agama. Sehingga ketika dia diberi ujian oleh Allah, dia tidak memahami kemauan Allah atas diri dia dalam keadaan tersebut. Ilmu agama akan memberikan kefahaman kepada kita jika diamalkan. Kefahaman ini hasilnya adalah keyakinan atas amal yang kita buat. Namun orang akan faham agama jika dia sudah amalkan agama. Seperti orang yang tau rasanya membawa mobil dengan praktek dan orang yang hanya membaca buku tentang membawa mobil. Hanya dengan Praktek membawa mobil baru kita bisa faham membawa mobil. Begitu juga dengan Agama hanya dengan praktek pengamalan, baru kita bisa siap terhadap keadaan dan ujian yang Allah kasih. Dengan mengamalkan kehidupan Nabi SAW, baru kehidupan Nabi SAW akan wujud dalam kehidupan kita dan memahami pentingnya kehidupan Nabi SAW dalamkehidupan kita. Nabi SAW dikatakan sebagai Al Qur’an berjalan karena seluruh kehidupan Al Qur’an wujud dalam diri Nabi SAW. Begitu juga Sahabat yang mencontoh seluruh aspek dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, merekapun adalah Al-Qur’an berjalan. Maka dalam rangka mewujudkan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan terus menerus sampai sempurna. Tidak bisa hanya dengan latihan 3 hari, 40 hari, atau 4 bulan itu hanya sarana saja seperti bilangan 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, dan 3 tahun di SMA, namun yang namanya menyempurnakan ilmu atau belajar atau latihan itu dilakukan sampai mati tidak ada bilangannya.

Target dari Usaha Nubuwah


Target yang paling penting adalah bagaimana kehidupan kita ini tidak telalu ketinggalan jauh dari kehidupan para sahabat RA. Jadi penting kita mempunyai target dalam melaksanakan kerja kenabian ini.
Diantaranya target dari usaha Nubuwah adalah :
  1. Bagaimana Ummat dapat mengamalkan agama secara sempurna selama 24 jam.
  2. Bagaimana Ummat dapat melanjutkan Risalat Kenabian yaitu Kerja Dakwah
  3. Bagaimana Ummat dapat mengikuti Napak Tilas Pengorbanan Kehidupan Sahabat
Sehingga nanti semua manusia dapat selamat dunia dan akherat. Inilah yang namanya jalan keselamatan. Apa itu Jalan keselamatan yaitu Jalan Hidayah atau Sunnanul Huda. Allah telah berikan kepada Nabi SAW Sunnanul Huda : jalan-jalan petunjuk atau jalan-jalan hidayah, agar manusia bisa mendapatkan yang namanya kebahagiaan dan keselamatan. Siapa saja yang berjalan diluar Sunnanul Huda niscaya mereka akan tersesat dan jauh dari petunjuk Allah. Jika kita tidak diberi petunjuk maka kita akan sengsara hidup di dunia ini dan di akherat nanti. Seperti orang buta yang kehilangan tongkat, jalannya akan menderita, nabrak sana nabrak sini, terjatuh-jatuh. Begitulah orang yang hidup tanpa hidayah. Sedangkan Dakwah ini adalah salah satu Sunnah Nabi SAW yang akan mendatangkan hidayah atau petunjuk kepada manusia.
Hari ini orang islam banyak yang hidup dengan cara Yahudi dan Nasrani, padahal satu-satunya kehidupan yang di ridhoi Allah dan yang Allah telah jamin hanya kehidupan Nabi SAW. Kehidupan Nabi SAW ini adalah suatu kehidupan yang didasari atas wahyu Allah, langsung petunjuknya dari Allah. Sehingga ketika Nabi SAW mengamalkan petunjuk atau wahyu itu dengan sempurna maka kehidupan Nabi SAW penuh dengan keberkahan dan pertolongan Allah. Beda dengan kehidupan kita hari ini yang penuh dengan kesulitan dan tidak ada pertolongan Allah. Hari ini kita setiap ada masalah baru lari ke ulama minta do’a karena merasa do’anya tidak didengar oleh Allah. Tetapi setelah minta do’a, ketika pulang kehidupannya tidak berubah, sama saja dengan sebelumnya seperti kehidupan Yahudi dan Nasrani. Bagaimana Allah akan tolong kita jika kita masih seperti itu cara hidupnya. Beda dengan sahabat setiap ada masalah langsung lari kepada Allah, diselesaikan dengan sholat dan do’a, maka pertolongan Allah langsung turun saat itu juga. Mengapa doa sahabat ijabah dan sedangkan doa kita tidak ? padahal Tuhannya sama, Nabinya sama, Kitabnya sama, Kiblatnya sama. Ini disebabkan kehidupan yang kita jalani berbeda  dengan sahabat RA.
Usaha ini adalah usaha atas napak tilas pergerakan dan pengorbanan para sahabat. Seseorang pernah bertanya kepada seorang Masyaikh dari pakistan, Maulana Yunus, “Apa batasan atau kapan akhir dari perjalanan seseorang ini dalam membuat Amal Maqomi dan Amal Intiqoli ?” jadi maksudnya apa batasan akhir amalan dakwah ini sehingga orang sudah dapat dikatakan sampai pada maksud dan tujuannya. Maulana Yunus katakan “Yaitu ketika pengorbanan ummat ini sudah sampai pada level seperti pengorbanan para sahabat.” Sangking tingginya pengorbanan para sahabat ini sehingga mereka bisa menarik langsung apa saja yang ada dari khazanah Allah kapanpun mereka perlukan. Iman mereka ini, para sahabat RA, sudah sampai pada taraf walaupun diperlihatkan pada mereka surga dan neraka, maka Iman mereka sudah tidak dapat naik lagi ataupun berkurang. Namun selama kita ketika ditaskil masih ada rasa berat, masih merasa memerlukan ini dan itu, dan masih terkesan hati kita pada selain Allah, berarti kerja atas nishab waktu 40 hari, 4 bulan, ini adalah yang terbaik bagi dia untuk dilakukannya dalam rangka islah dan dalam rangka perjalanan mendekati kepada kehidupan sahabat RA. Jika dia sudah bisa ditaskil, sudah mempunyai kesiapan untuk berangkat kapan saja diperlukan untuk agama, maka ketika itu nishab waktu sudah tidak berlaku lagi buat dia. Jika dalam hidupnya tidak ada lagi yang lebih penting dari perintah Allah dan rasulnya, ketika itu baru kapanpun diperlukan dia akan siap meninggalkan semua perkara yang dicintai demi agama. Sahabat ini kapan saja ada takaza atau permintaan untuk fissabillillah mereka selalu siap. Sehingga tidak ada nishab waktu diantara sahabat, yang ada kapan dibutuhkan mereka selalu siap dan tidak ada keraguan sedikitpun meninggalkan yang mereka punya. Sahabat sudah meletakkan hidupnya untuk mencapai maksud, sehingga siap mengorbankan segala-galanya kapan saja diminta untuk fissabillillah. Inilah sahabat, sedangkan kita belum bisa seperti itu. Mereka, para sahabat RA, sudah tidak terkesan lagi pada apa yang mereka miliki,  tetapi hanya pada apa yang Allah janjikan.
Seseorang ulama bertanya kepada Masyeikh yang juga seorang Syeikhul Hadits, “Mengapa anda mau ikut dalam usaha ini yang tidak ada haditsnya mengenai tentang nishab 40 hari, 4 bulan, di jalan Allah tersebut ?” Lalu Masyeikh katakan mahfum, “Kerja dakwah ini adalah ijhtihad dari Maulana Ilyas, dan saya merasa cocok dengan ijtihad beliau. Andaikata ada suatu usaha lain yang lebih baik daripada usaha ini dalam memperbaiki kehidupan ummat maka saya akan bantu dan ikut dalam perjuangan usaha tersebut !” Tetapi masalahnya saat ini yang ada dan banyak membawa ummat kepada perbaikan hanyalah usaha ini dan telah nampak hasilnya. Dan usaha atas amar ma’ruf atau kerja dakwah ini adalah usaha yang paling diperlukan ummat saat ini.
Maulana Ilyas Rah.A ketika memulai usaha ini asbab fikirnya atas agama dan risaunya terhadap kondisi ummat saat itu di mewat, beliau telah melakukan beberapa usaha atas perbaikan ummat :
1. Usaha Atas Ilmu  : Mendirikan Madrasah
Namun ketika itu yang beliau temui adalah kegagalan, dan tidak effektif. Seperti ketika beliau membangun madrasah, salah seorang muridnya yang terbaik setelah lulus pergi kekota, dengan harapan murid tersebut dapat memberikan perbaikan terhadap kehidupan ummat di kota. Ternyata setelah bertemu kembali beberapa lama kemudian, si murid yang terbaik yang telah tinggal di kota ini, ketika bertemu telah hilang dari dirinya ciri-ciri keislamannya. Ini menunjukkan kegagalan atau ketidak effektifan usaha atas madrasah dalam memperbaiki ummat. Ketika si murid dibawa kepada suasana kota dimana amal agama tidak ada maka akan terjadi kemerosotan Iman.

2. Usaha atas Dzikir Ibadah : Mengajarkan Amalan Dzikir Tarekat
Beliau mempunyai murid dalam membuat amalan dzikir, karena beliau sendiri juga adalah seorang Mursyid tarekat. Namun masalahnya adalah murid-murid tarekat ini mempunyai kecenderungan untuk menyendiri, melakukan uzlah dengan membuat amalan dzikir. Sehingga perbaikan atas kehidupan ummatpun juga tidak nampak melalui cara ini.

3. Usaha atas Kerja Dakwah : Usaha atas Amar Ma’ruf & Fissabillillah
Asbab fikir beliau yang kuat atas agama dan kerisauannya atas ummat yang sudah rusak ini, sehingga Allah telah memberi petunjuk, ilham,  kepada beliau untuk memulai kembali usaha nubuwah. Usaha Nubuwah yaitu usaha yang dibuat Rasulullah SAW pada waktu kurun awal islam berkembang. Apa itu usaha Nubuwah ? yaitu kerja dakwah, menyiapkan ummat melanjutkan risalah kenabian. Rombongan dikirim untuk Fisabillillah agar dapat membuat dan membawa suasana agama sehingga orang tertarik kembali untuk menghidupkan amal-amal agama di dalam rumahnya, lingkungannya, dan di seluruh alam. Caranya dengan membuat amal maqomi dan amal intiqoli, yaitu usaha atas ketaatan, amar ma’ruf, dan usaha atas pengorbanan, khuruj fissabillillah.
Nabi SAW ditarbiyah oleh Allah agar gantungannya benar dengan cara memutuskan hubungan beliau dengan orang-orang yang disekitarnya dan yang dicintainya. Beliau SAW sebelum berdakwah diberi gelar oleh orang-orang “Al Amin”, “Yang Terpercaya”. Dan dicintai oleh banyak orang. Namun setelah datang perintah untuk berdakwah, orang yang sama yang memberi beliau gelar Al Amin memberi gelar yang baru menjadi “Al Majnun”, “Orang Gila”. Dan orang-orang yang mencintainya menjadi orang-orang yang paling benci dengannya bahkan dari kalangan keluarganya sendiri. Dari kecil Beliau SAW di tarbiyah agar selalu mempunyai gantungan yang benar agar tidak tawajjuh kepada selain Allah. Belum lahir, ayahnya tempak seorang anak bergantung sudah wafat. Lalu baru sesaat bertemu ibunya ditengah perjalanan pulang ibunya wafat. Pamannya yang selalu melindunginya ketika saat-saat dibutuhkan dalam dakwah beliau juga Allah wafatkan. Istri beliau, Khadijah R.ha, yang selalu mendukungnya dalam kerja dakwah dan yang selalu menghiburnya dikala susah juga Allah wafatkan pada kurun masa awal kenabian. Beliau telah kehilangan segalanya dan kehilangan tempat bergantung selain kepada Allah. Bagaimana Allah mentarbiyah sahabat agar mempunyai tarbiyah yang sama seperti Nabi SAW sehingga gantungannya hanya kepada Allah, Sahabat RA diperintahkan untuk hijrah bersama Nabi SAW meninggalkan segalanya dari anak, istri, harta, jabatan, kampung halaman, dan lain-lain.
Lalu bagaimana teguhnya Nabi SAW mempertahankan kerja dakwah ini yaitu ketika beliau ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi quraish, apa jawab Nabi SAW, “Walaupun engkau mampu meletakkan bulan ditangan kananku dan matahari ditangan kiriku, Aku tidak akan tinggalkan kerja dakwah ini walaupun hanya sekejap saja. Pilihannya hanya dua yaitu mati dalam mendakwahkan agama Allah, atau hidup melihat agama tersebar.” Inilah keteguhan Nabi SAW memegang usaha dakwah. Inilah maksud dari usaha ini bagaimana fikir nabi menjadi fikir kita, risau nabi menjadi risau kita, kesedihan nabi menjadi kesedihan kita, kecintaan nabi menjadi kecintaan kita, mijaz nabi menjadi mijaz kita. Ini diperlukan pengorbanan dan training khusus yang dilakukan secara terus menerus sampai pada akhirnya wujud dalam diri kita. Inilah mengapa kita penting keluar di jalan Allah dan membuat amal maqomi di mesjid kita.
Dengan Usaha Nubuwah ( Kerja Dakwah ) ini bagaimana kita dapat mewujudkan kehidupan Nabi SAW  ke dalam kehidupan kita. Bagaimana caranya ? yaitu dengan ikut dari pada Napak Tilas kehidupan Nabi dan Sahabat. Untuk perkara ini maka kita harus menjadikan maksud hidup nabi menjadi Maksud hidup kita, Kerja Nabi menjadi kerja kita, Fikir Nabi menjadi Fikir kita, Amal Nabi menjadi Amal kita, Perasaan Nabi menjadi Perasaan kita, Pola hidup nabi menjadi Pola hidup kita dan Do’a Nabi menjadi Do’a kita. Dengan cara inilah baru kehidupan Nubuwah akan wujud dalam kehidupan kita sebagaimana hidup di dalam kehidupan sahabat RA. Inilah targetnya yaitu menghidupkan kembali kehidupan nubuwah yang diamalkan oleh para sahabat RA kedalam kehidupan kita sehari-hari. Apa itu kehidupan Nubuwah yaitu kehidupan Nabi SAW selama 24 jam.

Apa itu Maksud Hidup Nabi :
Dakwah à Menyampaikan Agama, memberi peringatan dan kabar gembira tentang Allah dan kehidupan Akherat.
Apa itu Amal Nabi :
  1. Seluruh Sunnah Nabi  SAW dari ujung rambut sampai ujung kaki
  2. Seluruh Kehidupan Nabi SAW selama 24 jam
  3. Seluruh Perjalanan Hidup Nabi, Risau Nabi dan Fikir Nabi

Apa itu Kerja Nabi :
  1. Dakwah Illallah
  2. Taklim wa Taklum
  3. Dzikir Ibadah
  4. Khidmat

Apa itu Fikir Nabi :
  1. Bagaimana umat dari yang pertama lahir sampai yang terakhir mati di hari kiamat dapat mengucapkan La Illaha Illallah
  2. Bagaimana umat dapat selamat dari Adzab Allah Ta’ala dunia dan akherat dan masuk ke dalam SurgaNya Allah Ta’ala
  3. Bagaimana seluruh manusia dapat mengamalkan agama secara sempurna.
  4. Bagaimana umat ini dapat melanjutkan tugas Dakwah
Maka untuk dapat mewujudkan ini diperlukan usaha agar kehidupan Nabi SAW dapat wujud dalam kehidupan kita. Mengapa kita perlu mengusahakan ini ? karena seluruh aspek kehidupan Nabi SAW itulah yang namanya Agama. Tanpa usaha maka kehidupan nabi tidak akan bisa wujud dalam kehidupan kita. Methode yang diajarkan oleh Nabi SAW dalam mewujudkan Agama ini adalah “Learning By Doing”. Belajar dengan cara Pengamalan. Seperti orang yang belajar membawa mobil dengan praktek dan orang yang belajar mobil dengan membaca. Orang yang membaca cara membawa mobil belum tentu bisa membawa mobil dibandingkan dengan orang yang belajar membawa mobil dengan praktek. Yang mengamalkan membawa mobil dengan praktek dia akan lebih memahami apa yang harus dilakukan jika ada keadaan-keadaaan. Seperti apa yang harus dia lakukan dengan gas, gigi, dan fasilitas mobil lainnya ketika mobil jalan, atau sedang berhenti, atau sedang dalam keadaan berbelok. Sedangkan yang dengan membaca, dia akan terseok-seok dalam membawa mobil ketika diberi keadaan-keadaan. Inilah perbedaan antara orang yang mengetahui dan memahami.
Ciri-ciri Orang yang faham akan agama, adalah Jika Allah memberi dia ujian atau cobaan, maka dia akan mengerti bagaimana cara menghadapi masalah atau ujian tersebut. Sedangkan orang yang hanya tau teori agama, dia akan panik atau bingung menghadapi masalah atau keadaan tersebut sebagaimana orang yang bingung membawa mobil karena hanya belajar dari buku saja. Ini dikarenakan tidak adanya latihan atau praktek pengamalan agama. Sehingga ketika dia diberi ujian oleh Allah, dia tidak memahami kemauan Allah atas diri dia dalam keadaan tersebut. Ilmu agama akan memberikan kefahaman kepada kita jika diamalkan. Kefahaman ini hasilnya adalah keyakinan atas amal yang kita buat. Namun orang akan faham agama jika dia sudah amalkan agama. Seperti orang yang tau rasanya membawa mobil dengan praktek dan orang yang hanya membaca buku tentang membawa mobil. Hanya dengan Praktek membawa mobil baru kita bisa faham membawa mobil. Begitu juga dengan Agama hanya dengan praktek pengamalan, baru kita bisa siap terhadap keadaan dan ujian yang Allah kasih. Dengan mengamalkan kehidupan Nabi SAW, baru kehidupan Nabi SAW akan wujud dalam kehidupan kita dan memahami pentingnya kehidupan Nabi SAW dalamkehidupan kita. Nabi SAW dikatakan sebagai Al Qur’an berjalan karena seluruh kehidupan Al Qur’an wujud dalam diri Nabi SAW. Begitu juga Sahabat yang mencontoh seluruh aspek dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, merekapun adalah Al-Qur’an berjalan. Maka dalam rangka mewujudkan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan terus menerus sampai sempurna. Tidak bisa hanya dengan latihan 3 hari, 40 hari, atau 4 bulan itu hanya sarana saja seperti bilangan 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, dan 3 tahun di SMA, namun yang namanya menyempurnakan ilmu atau belajar atau latihan itu dilakukan sampai mati tidak ada bilangannya.


NIAT KELUAR DI JALAN ALLAH SWT


NIAT KELUAR DI JALAN ALLAH SWT ADA 4 :
1. Mencari ridho Allah
2. Niat Islah Diri
3. Belajar Usaha Rasulullah saw
4. Siap untuk diantar ke seluruh alam

1. NIAT MENCARI RIDHO ALLAH

a. Ikhlas semata-mata mencari ridho allah,
b. Rela berkorban demi agama Allah
c. Membawa sifat ihsan (merendahkan diri di hadapan Allah Swt)
d. Semakin banyak amal, semakin tinggi rasa takutnya kepada Allah

2. NIAT ISLAH DIRI

a. Untuk memperbaiki diri sendiri bukan untuk memperbaiki orang lain
b. Untuk menghancurkan sifat-sifat buruk dalam diri kita
c. Tidak bangga diri ketika dipuji
d. Tidak benci jika di caci

3. BELAJAR USAHA RASULULLAH SAW

Usaha Rasulullah saw ada 4 : Dakwah ilallah, Talim wa taalum, dzikir wal ibadah, & khidmat
Usaha Rasulullah Saw dibuat dengan cara bil hikmah, sistemnya mujahadah, lahannya hati-hatimanusia, targetnya mardhatillah, dan hasilnya hidayah.

4. SIAP DIHANTAR UNTUK DIHANTAR KE SELURUH ALAM.

a. Untuk mengetahui keadaan umat Islam di seluruh alam
b. Untuk mengetahui amal umat Islam diseluruh alam
c. Untuk menyebarkan Usaha Rasulullah saw ke seluruh alam
d. Untuk menyebarkan agama Islam ke seluruh alam.

3 HAL YANG MEMBUAT USAHA DAKWAH KUAT :

1. INTIFATHUL QULUB (KESATUAN HATI )
2. INTIFATHUL FIKRI (KESATUAN FIKIR)
3. INTIFATHUL …….. (KESATUAN CARA KERJA)

3 HAL YANG MEMBUAT USAHA DAKWAH LEMAH :

1. MENGANDALKAN BAYAN
2. MENGANDALKAN DATA-DATA ATAU TULISAN
3. MENGANDALKAN FIKIRAN SENDIRI (CARA KERJA SENDIRI)

Mutakallim Dalam Bahasa Urdu


Mutakallim Dalam Bahasa Urdu

AlhamduliLLah ….. bay, Allah-he ham sop ko, bohot bara kalimat ata fermaya, wohe “laa ilaha illaLLah, MuhammadurrasuluLLah”
* Saudara ….. alhamduliLLah Allah telah beri kita kalimat “laa ilaha illaLLah, MuhammadurrasuluLLah”
Is kalimatko: del me utardo, Allah hamara palne walahe, nafa/nuqson, izzat/zillat, bimari/tenderus, goribi/amiri… Allah ke hat me he
* Maksud kalimat ini: masukkan ke dalam hati, Allah adalah pemelihara kita, untung/rugi, mulia/hina, sakit/sehat, miskin/kaya ditangan Allah
Jab ham Allah ke hukmu, Huzur S.A.W ke teriko percelega dunya mebi kami abi, akhirat mebi hamesa kamiabi milega
* Apabila kita taati hukum-hukum Allah dan jalani cara hidup RosuluLLah S.A.W di duniapun kita bahagia, di akhirat kita akan dapatkan kebahagiaan abadi…
Islie… mihnat ki dorurothe is minhat ke bare me, Masjid me bat hogi… Aap tasrif die bohot faeda hoga….
* Untuk itu… diperlukan usaha untuk untuk usaha tersebut, di Masjid ada pembicaraan, tuan datanglah ambil bagian… banyak manfaatnya…
Muhadatsah:
Mere naam Liliek (Nama saya Liliek)
Aap ka naam kia he? (Siapa namamu?)
Me Indonesia se aie hu (Saya datang dari Indonesia)
Charman Allah ke paste maniqlahu iimaan ko sikne keliye (Empat bulan saya keluar untuk belajar iman)
Kesa… Allah ke ghoir delse nikel jahe, Allah se hone ka yakin del me ajae (Selain Allah keluarkan dari hati, bagaimana keyakinan pada Allah masuk ke dalam hati)
Allah se hota, Allah ke ghoir ke alawa / kuch nehi hota (Allah kuasa, selain Allah tidak kuasa)
Sare ke sare kamiabi serf Allah-he ke hat me he (Semua kebahagiaan hanya ditangan Allah)
Sare ke sare hazanah Allah ke pas he (Semua perbendaharaan hanya ditangan Allah)
Chizo oor halaat ka kholiq / malik Allah-he (Pencipta / pemilik benda-benda dan keadaan adalah Allah)
Jo cahte aapne kudrat se kerte he (Bila Dia menghendaki, Dia buat dengan kudratnya)
Kisi ke muhtaj nehi he (Tidak bergantung kepada siapapun)
Wo beniyat he (Dia berdiri dengan sendiri-Nya)

Mudzakaroh Pentingnya Memakmurkan Mesjid


Nabi SAW sudah memberikan kita warning, peringatan, kepada kita dalam mahfum hadits dikatakan nanti di akhir zaman jika kita tidak buat dakwah, maka akan terjadi :
1. Tidak tertinggal dari Islam melainkan hanya sekedar nama saja
Hari ini di KTP orang Indonesia banyak yang menyatakan agamanya Islam tetapi kelakuan dan kehidupannya jauh dari yang dicontohkan Nabi SAW
2. Tidak tertinggal dari Al Qur’an hanya sekedar tulisannya saja
Hari ini berapa banyak mesjid yang ramai dari ukiran-ukiran kaligrafi Al Qur’an tetapi kosong dari amal agama mesjidnya.
3. Tidak tertinggal dari mesjid melainkan hanya bangunan-bangunan megah saja
Hari ini orang berlomba-lomba membangun mesjid tetapi tidak memikirkan bagaimana memakmurkannya, sehingga mesjidnya kosong dari jemaah.
Hari ini mesjid banyak dimana-mana tetapi kosong dari amal agama. Di Kordova, Spanyol, Mesjid Kordova pernah menjadi pusat perkembangan Islam di dunia, namun kini telah menjadi pusat pariwisata, bahkan didalamnya terdapat gereja. Ini asbab ditinggalkannya Dakwah
sehinggah fungsi mesjid telah hilang dan orang tidak ada lagi yang peduli dengan mesjid. Di Indonesia saja ada ± 300.000 mesjid, dan di jakarta berapa banyak mejid mewah dan megah. Namun berapa banyak mesjid yang 5 waktu orang ramai sholat berjamaah. Dan berapa banyak yang sudah makmur hidup dengan Amalan mesjid Nabawi ? Hari ini orang ke mesjid bukan bertambah keimanannya, tetapi malah makin rusak seperti dipakai untuk berbisnis, membicarakan aib orang lain, dipakai sebagai sarana untuk politik, hujat menghujat orang lain.  Hari ini di Mesjid bukan terlihat suasana akherat tetapi  malah suasana maksiat kepada Allah seperti wanita yang memakai pakaian yang terlihat auratnya. Padahal di jaman Nabi, ketika orang kafir masuk mesjid ke mesjid Nabi, setelah keluar telah bisa menjadi orang beriman. Di zaman Nabi SAW setiap ada masalah bisa langsung ke mesjid, lalu pulang-pulang masalah bisa terselesaikan dan hati bisa tenang. Beda kita hari ini, orang kafir ke mesjid malah dipakai foto-foto untuk pariwisata, dan ketika orang Islam ke mesjid bukannya hilang masalah malah tambah masalah, seperti ditagih sumbanganlah, musti berpihak pada siapalah dan lain-lain. Mengapa hari ini kita lihat orang ke mesjid buat melaksanakan ibadah tetapi ketika keluar dari mesjid masih terus bermaksiat dan tidak berhenti dari berbuat dosa. Padahal Mesjid ini Allah perintahkan dibangun atas dasar Taqwa, Takut kepada Allah. Tetapi mengapa ketaqwaan kita tidak bertambah ketika kita masuk ke mesjid. Ini dikarenakan mesjid tersebut tidak mempunyai ruh. Apa itu ruh dari mesjid yaitu amal-amal agama, dan inilah yang dibentuk oleh Nabi SAW dimesjid Nabawi yaitu membuat Amal Mesjid. Apa itu Amal Mesjid Nabawi yaitu Dakwah, Taklim, Dzikir Ibadah, dan Khidmat. Sehingga orang yang tadinya kafir masuk ke mesjid nabawi keluar-keluar sudah masuk Islam. Ini dikarenakan di mesjid hidup amal-amal agama. Nabi SAW itu sendiri adalah Ketua Mesjid pertama, Awallun Takmir Mesjid, yang kerjanya memikirkan bagaimana Mesjid Nabawi ini dan mesjid-mesjid kecil disekitar Madinah bisa makmur dengan jemaah dan amal-amal agama. Caranya adalah dengan mengirimkan rombongan Dakwah dan menerima rombongan orang-orang yang mau belajar agama. Inilah fikir Nabi SAW, bahkan ketika hijrah ke madinah yang Nabi SAW fikirkan pertama kali bukannya tempat tinggal untuk dirinya, dimana keluarga dia tinggal, tetapi bagaimana mesjid dapat berdiri. Di sekitar Madinah ini ada mesjid-mesjid kecil dimana Nabi SAW mengirim rombongan dakwah ke mesjid-mesjid itu dan menerima rombongan atau perorangan dari mesjid-mesjid itu buat belajar agama kepada beliau SAW.
Madinah sebelum Islam masuk merupakan kota yang tidak kalah Jahilnya dari Mekkah. Di Madinah ketika islam belum masuk terdapat banyak sekali rumah-rumah perjudian, pelacuran, bahkan orang-orangnya bisa dibilang Jahil dan Barbar. Namun asbab dihidupkannya Dakwah dari Mesjid Madinah oleh Nabi SAW, ini seperti cahaya yang menerangi kegelapan. Jadi bagaimana kita bisa menghilangkan kegelapan, maka perlu kita hadirkan amalan nuraniat, atau amalan yang dapat menghadirkan nur cahaya dari Allah. Jika cahaya masuk kegelapan pasti hilang. Sehingga lambat laun rumah-rumah yang mempunyai bendera putih atau lambang kemaksiatan ketika itu perlahan-lahan lenyap dari kota madinah asbab dakwahnya Nabi SAW dan para Sahabat RA. Lalu penduduknya menjadi orang-orang yang Allah muliakan dan kotanya diberi gelar Al Munawaroh yaitu tempat terpancarnya Cahaya atau Hidayah. Begitu juga kalau kita sering ke mesjid, maka sepulangnya kita dari mesjid, kita akan menjadi sarana untuk menghantarkan nur rahmat dan hidayah Allah kepada rumah-rumah kita. Mesjid ini adalah pusat turunnya rahmat dan nur hidayah Allah. Jadi Mesjid ini adalah generatornya Nur Hidayah dan kita adalah kendaraannya untuk menyebar Nur Hidayah tersebut. Jika generatornya mati, maka matilah sarana penyebar rahmat dan hidayah. Bagaimana caranya kita bisa memakmurkan atau menghidupkan mesjid ? yaitu dengan menghidupkan amalan-amalan mesjid Nabi SAW.

Apa itu Amal Mesjid Nabawi :
  1. Dakwah Illallah
Mengajak manusia taat kepada Allah
  1. Taklim wa Taklum
Belajar dan Mengajar
  1. Dzikir Ibadah
Dzikir, Baca Qur’an, Sholat berjamaah, Do’a, Sholat Sunnat, Adab-adab
  1. Khidmat
Melayani Mesjid dan Memenuhi Hajat Orang

Mesjid ini adalah jantung dari suatu kota atau desa atau daerah. Jika mesjidnya baik dalam artian hidup amal-amal agama seperti amal mesjid Nabawi, maka baiklah daerah itu. Tetapi jika mesjidnya mati, gersang dari jemaah dan amal-amal agama, berarti matilah daerah itu, maksudnya daerah itu bisa di asumsikan terdapat banyak masalah. Mesjid yang hidup dengan amal agama dan ramai jemaahnya, maka daerahnya akan makmur, seperti hidup sillaturhami, ukhwah yang baik, rukun, tentram, dan damai. Setiap ada masalah maka dapat diselesaikan oleh jemaah mesjid itu melalui musyawarah, sillaturahmi, dan gotong royong. Tetapi daerah yang mesjidnya mati dari amal agama dan sepi dari jemaah, maka daerahnya akan timbul banyak masalah seperti permusuhan antar tetangga, ketidak pedulian sosial, dan kejahatan akan berkembang dari premanisme, perjudian, permabukan, sampai perzinaan akan tersebar di daerah itu. Dan ini adalah suatu kenyataan yang terjadi dibanyak daerah. Jika yang haq tidak ditegakkan dan disebar, maka yang bathil akan masuk dan tersebar. Jika tidak ada dakwah atas yang haq maka dakwah yang bathil akan masuk. Apa itu dakwah yang bathil yaitu ajakan untuk berjudi, membeli minuman keras, dan lain-lain, secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi.
Penting saat ini kita fikirkan bagaimana mesjid-mesjid yang ada ini dapat makmur dengan amal agama. Allah perintahkan pada kita di dalam Al Qur’an untuk memakmurkan mesjid-mesjid Allah bukan hanya satu tetapi setiap orang memakmurkan banyak mesjid. “Innama ya’muru masajidallahu man amanna billahi wal yaumil akhir…” ( 9:17 ). Dari mesjid ini kebaikan akan tersebar. Hidupkan dakwah dari mesjid maka nanti Allah akan perbaiki keadaan umat. Jika setiap dari kita ini sungguh-sungguh dalam dakwah maka nanti Allah akan perbaiki amal-amal kita. “Wahai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar ( qoulan sadida ), niscaya Allah akan memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu…”( 33 : 70-71 ). Apa itu perkataan yang benar atau Qoulan Sadida yang bisa memperbaiki amal-amal ibadah kita dan menjadi asbab ampunan terhadap dosa kita ? Allah berfirman “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang mengajak untuk taat kepada Allah ( dakwah à waman Ahsanu Qoulan mimman da’a Illallah )” ( 41 : 33 ).
Jadi kita ajak orang kepada Allah bukan kepada figur, kepada organisasi, kepada partai, kepada harta benda, tetapi hanya kepada Allah. Sedangkan segala sesuatu selain Allah ini adalah dunia atau mahluk. Hari ini orang saling ajak mengajak kepada golongannya, ini malah akan memecah belah islam. Seperti firqoh-firqoh atau aliran-aliran yang ada, mereka mengajak orang kepada golongannya masing-masing. Apa yang mereka lakukan adalah membenarkan firqoh mereka dan menyalahkan yang lain sehingga terpecah belah semuanya. Jika ummat sudah terpecah belah maka pertolongan Allah tidak akan turun, dan jika umat sudah saling menghujat maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah. Pada hakekatnya, yang benar itu hanya Rasullullah SAW dan sahabatnya saja, itulah yang seharusnya jadi acuan kita, bukan alirannya. Kalau ditanya siapa yang paling benar, jawab saja yang paling benar itu adalah Nabi SAW dan sahabat RA, cukup itu saja. Kita ikuti saja Nabi SAW dan para Sahabat RA, yaitu mereka yang sudah jelas-jelas ada jaminannya dari Allah. Bukan aliran kita, atau aliran saya, atau guru saya, atau pendapat saya yang bener, tetapi yang bener itu hanya Nabi SAW dan para sahabatnya. Jadi bagaimana semua aliran yang ada sama-sama bahu membahu bersatu bersama memikul tanggung jawab dakwah ini. Jangan sampai perbedaan yang ada malah membuahkan perpecahan antar umat dan terhalangnya umat dari tanggung jawab meneruskan risalat kenabian. Tetapi jadikan perbedaan ini sebagai rahmat dan wacana keilmuan untuk dipelajari.
Pernah dalam suatu riwayat tentang 2 pimpinan Islam terbesar di Indonesia yaitu Buya Hamka dari Muhammadiyah dan KH. Idham Khalid dari Nahdlatul Ulama pergi Haji bersama. Ketika sholat subuh hari pertama maka KH Idham Khalid memimpin sholat subuh berjamaah sebagai Imam. Ketika itu KH Idham Khalid menyadari dibelakangnya ada Buya Hamka dari Muhammadiyah yang menganut faham sholat subuh tanpa Qunut. Walaupun KH Idham Khalid adalah dari NU yang menganut Qunut ketika subuh, tetapi ketika itu malah melakukan sholat subuh tanpa Qunut seperti Muhammadiyah. Hari esoknya, ketika Buya Hamka menjadi Imam Subuh, beliau menyadari dibelakangnya ada KH Idham Khalid dari NU yang memakai Qunut ketika subuh, maka ketika itu beliau memilih melakukan Subuh tidak seperti biasanya ala muhammadiyah tetapi ala NU yaitu dengan menggunakan Qunut. Inilah toleransi dan akhlaq yang baik yang dicontohkan oleh 2 ulama besar dalam menghadapi perbedaan. Bukannya kita malah saling menyalahkan atau saling menghujat dengan keyakinan, “saya yang paling benar”. Kebenaran itu pada hakekatnya hanya Allah yang tau, dan siapa yang paling benar yaitu Nabi SAW dan para sahabatnya RA. Selama dia mengakui Allah dan Rasulnya maka mereka saudara kita. Jangan kita pernah merasa menjadi yang paling baik dan paling benar karena ini sifatnya setan. Posisikan diri kita sebagai orang yang ingin menambah ilmunya, dengan demikian kita akan siap menerima perbedaan. Inilah maksud dari hadits Nabi SAW bahwa perbedaan diantara umatku ini adalah Rahmat. Sedangkan yang bukan rahmat dan mendatangkan Laknat adalah jika perbedaan menjadi perpecahan dan permusuhan.
Jadi kerja dakwah ini adalah kerja untuk seluruh umat islam. Inilah tanggung jawab umat Muhammad SAW sebagai penerus risalat kenabian. Atas perkara ini perlu kita keluar di jalan Allah untuk bisa melatih diri kita menghidupkan Amal Mesjid Nabawi dari latihan 3 hari, 40 hari sampai, 4 bulan, tergantung kesiapannya. Inilah salah satu tujuan kita keluar di jalan Allah bagaimana mesjid-mesjid yang didatangi oleh rombongan khuruj fissabillillah dapat hidup amal-amal mesjid Nabawi.